Rabu, September 12, 2012

KELIRUMOLOGI

Istilah kelirumologi dicetuskan oleh Jaya Suprana. Jaya Suprana adalah seorang yang multi talenta. Sebenarnya tanpa saya sadari, saya sudah menikmati kreativitas beliau sejak saya SD di tahun 70 an. Namun saya tidak tahu kalau beliaulah dibalik semua kreativitas yang saya nikmati itu. Waktu itu zamannya tentu belum secanggih sekarang yang mana dunia komunikasi dan informasinya sangat dahsyat! Pada masa itu hiburan sangat sedikit dan bentuknya terbatas. Denpasar watu itu masih seperti sebuah kota kecamatan. Makanya bila ada suatu hiburan pastilah bakal ramai disaksikan masyarakat. Yang lagi ngetop pada masa itu dari hiburan pertunjukan tradisional dapat dihitung dengan jari. Misalnya Drama Gong Abianbase Gianyar, Drama Gong Kacang Dawa dengan lakon spektakulernya “Sukrasena”, Drama Gong Puspa Anom Banyuning Singaraja yang terkenal dengan "Sam Pek Eng Tay" nya. Drama-drama Gong itu sering mentas di Wantilan Pemedilan Denpasar (sekarang pasar Pemedilan). Ada juga wayang kulit Ida bagus Buduk yang sering mentas dari Banjar ke Banjar sebagai pelengkap upacara Panca Yadnya seperti otonan, odalan dsbnya. Ada juga beberapa gedung bioskop di pusat kota Denpasar seperti Indra dan Wisnu di Jalan Gajahmada, Jaya di Jalan Kartini (Wisata dan Kumbasari belum ada). Bioskop-bioskop itu khusus memutar film. Film yang terkenal produksi Hollywood (Amerika), Bollywood (India), Tankywood (Indonesia), dan Mandarin/Hongkong. Itu yang mendominasi pertunjukan bioskop kala itu. Namun khusus untuk pertunjukan film pada masa itu termasuk konsumsi kalangan menengah keatas (kalaupun saya dapat menonton itu pun karena nyerobot film untuk keluarga ABRI yang dilaksanakan tiap hari Jumat). Ya hanya itu sajalah hiburan yang ada. Di kalangan masyarakat kelas bawah seperti saya ini ya paling mampu menonton pertujukan gratis semisal Wayang Kulit atau belakangan muncul film misbar alias kalau gerimis atau hujan pastilah bubar! Yang notabene semuanya gratis! Film misbar biasanya di putar di lapangan terbuka yang saat itu masih ada seperti lapangan (khususnya di Desa Saya Pemecutan Kaja Denpasar Utara misalnya Lapangan SD Percobaan Tulang Ampiang Sekarang SMP 5 Denpasar?), Lapangan Paldam (sekarang tempat pameran musiman), yang lebih jauh seperti lapangan Lila Buana, Lapangan Pekambingan (sekarang sudah menjadi komplek pertokoan). Belakangan baik Gedung Lila Buana maupun Wantilan Pemedilan juga dipakai pemutaran dan pertunjukan film. Hanya saja tentu saja gedung kelas 3 (Film-film baru biasanya di putar di gedung-gedung utama seperti Wisata Theater, Denpasar Theater dan Kumbasari Theater. Gedung-gedung kelas 2 nya Indra, Wisnu dan Jaya Theater) film-film yang sudah lama dan kedaluarsa baru diputar di lapangan Misbar. Sedangkan untuk hiburan rumahan pada saat itu adanya hanya radio saja. Radio yang memutar lagu-lagu yang saat kini dikenal dengan lagu-lagu nostalgia dan legend. Misalnya dari dalam negeri seperti Koes Plus, Panbers, The Mercy, The God Bless, The Llyod dsbnya. Dari luar negeri The Beatles, The Rolling Stones, Led Zepplin, Deep Purple, Abba, dsbnya. Sedangkan Televisi muncul di Bali sekitar tahun 1975 an. Keluarga saya sendiri baru punya TV tahun 1978 tepat saat perhelatan Piala Dunia 1978 di Argentina dimana saat itu tuan rumah menjadi Juara Dunia dengan bintangnya yang terkenal Mario Kempes. Kalau bacaan yang lagi digandrungi saat itu adalah komik seperti Kho Ping Hoo, komik bergambar karya Ganesh TH dengan Si Buta Dari Gua Hantunya, Jan Mintaraga, Teguh Santosa, Absony dll. Majalah yang ngetop seperti Aktuil dsbnya. Game Elektronik dan Game Online? Kebayang saja tidak. Kebanyakan kita mainnya di alam seperti main layangan, main kelereng, main dan mancing di sungai, sepak bola dan permainan tradisional lainnya. Kembali ke tema kita tentang kelirumologi dan pencetusnya yakni Bapak Jaya Suprana. Ya saya telah paparkan sedikit kondisi Denpasar Kota Kelahiran saya dengan situasi dan kondisinya era 70 an. Mengapa saya paparkan Denpasar era itu dan kaitannya dengan Bapak Jaya Suprana? Pada saat itu saat dimana kami sangat minim hiburan, beliau dengan perusahaan Jamu Cap Jago Semarangnya sudah merambah sampai ke pelosok-pelosok Desa antero Indonesia termasuk Bali tentunya (Waw, saya juga keliru nulis nih. Yang benar Djamu Tjap Djago,tapi karena tulisan ini tentang kelirumologi ya biar aja nulisnya keliru. Biar mantap! ). Ini bukan masalah Jamu Jagonya yang sangat terkenal waktu itu. Tapi saya menikmati kreativitas beliau waktu itu tanpa saya sadari. Saya tidak sadar karena waktu saya SD saat itu saya tidak tahu kalau Jamu jago serta segala inovasi dan kreasi beliau via Jamu Jago tidak saya ketahui. Yang saya tahu ya menikmati kreasi beliau itu. Dengan mobil box yang bersosok unik dengan hiasan dekorasi kotak-kotak dengan berbagai warna-warni. Bila mobil ini datang dan parkir di Pusat Desa (biasanya diperempatan jalan), maka masyarakat berduyun-duyun mendatanginya. Ini bukan mereka memburu produk jamunya (maaf Pak Jaya Suprana) tapi menunggu hiburan yang akan dipertunjukkan sebagai selingan dan pemancing datangnya konsumen. Setelah dengan pengeras suara menjajakan produknya dan (mungkin) beberapa saset jamunya laku, maka akan dilanjutkan serta diselingi oleh pertunjukkan hiburan yang notabene adalah kreasinya Bapak Jaya Suprana sang pemilik perusahan Jamu Jago. Yang paling saya suka adalah beberapa orang kate yang menari-nari mengikuti irama musik. Mereka menari-nari diatas mobil bok dengan lucunya. Sekali lagi tanpa saya sadari, saya sudah menikmati kreasi beliau semenjak saya SD (saya lupa entah kelas berapa saya saat itu. Rasanya sekitar kelas 4 lah). Belakangan setelah saya duduk dibangku sekolah menengah atas di era 80 an, kembali saya menikmati kreativitas beliau. Hanya saja kali ini dalam bentuk tulisan di koran yang disebut kolom. Awalnya saya kira ini hanya tulisan bersifat guyonan saja. Tapi logika saya jalan, masa sih kalau tulisan guyonan harian Kompas yang terkenal itu mau memuatnya? Namun setelah saya baca, saya malah jadi ketagihan. Ya karena tulisan ini ringan, gampang dicernak otak saya yang tidak cerdas dan berkesan main-main diselipi banyak selorohan. Tapi setelah saya baca ternyata isinya bukanlah hal yang boleh dibilang sepele. Nampaknya sepele tapi sebenarnya serius dan sangat menyentil kebiasaan dalam kehidupan kita dalam bermasyarakat. Beliau menyebutnya kelirumologi. Nah dari istilahnya saja sepertinya main-main dan rada guyon. Mana ada kelirumologi? Apa itu kelirumolog?. Sudah keliru pakai logi lagi. Yang umum yang pernah saya dengar dan baca ya misalnya psycologi, anthropologi, geologi dllnya. Kelirumologi? He he kok seperti guyonan? Apalagi setelah belakangan saya lebih mengetahui mengenai sosok atau profil beliau lewat media massa, saya semakin geli saja. Image saya tentang beliau adalah sosok yang sangat lucu. Ya lucu pisiknya, lucu ide-idenya, lucu krativitas dan inovasinya. Misalnya beliau adalah seorang kartunis yang tidak jauh-jauh amat dengan dunia perlucuan. Beliau seorang pengusaha, pelukis (pelukis kartun), humoris, pianis, penulis, pernah juga saya saksikan beliau sebagai presenter atau host sebuah acara talk show di salah satu stasiun televisi nasional, pencetus Musium Record Indonesia (MURI), mengadakan berbagai perlombaan yang unik-unik dan aneh serta menggelikan seperti Lomba Diam, Lomba bersiul, dan entah apalagi karena banyaknya kegiatan beliau yang unik-unik seunik sosok penampilan dan mimik beliau (Ah kalau saja ada orang yang mengadakan lomba....maaf kentut, saya ingin ikut). Beliau banyak mengorbitkan orang-orang yang bentuk fisiknya aneh. Misalnya orang dengan tubuh tertinggi di Indonesia, orang bertubuh terkecil di Indonesia. Bahkan orang-orang bertubuh pendek sudah sejak lama beliau lakukan sewaktu saya masih SD dan seperti saya ceritakan dalam awal tulisan ini. Yaitu sekelompok orang kate yang dijadikan penghibur dalam mobil box Jamu Jagonya (belakangan saya pernah dengar selentingan kalau beliau ini masih bersaudara dengan pemilik Jogger Pabrik kata-kata di Kuta. Rasanya cocok juga karena bukankah boss Jogger ini juga punya produk dengan ide yang aneh-aneh, unik, juga lucu? Coba aja pabrik kata-kata?). Meski beliau tidak kenal saya dan tidak tahu siapa saya (padahal beliau dan saya sama-sama lahir di Denpasar). Namun bila saya kaitkan dengan beliau, saya sangat terinspirasi dengan beliau. Dan ini semenjak kecil. Belakangan juga saya mendapat motivasi dari beliau saat saya membaca disebuah media kalau tulisan-tulisan beliau yang dulunya berbentuk kolom yang dimuat di Koran Kompas diterbitkan dalam bentuk buku bertajuk KALEIDOSKOPI KELIRUMOLOGI. Saya pun menikmati tulisan-tulisan beliau tentang kelirumologi itu. Kemudian dalam salah satu seri buku kelirumologinya beliau mengundang penulis tamu untuk ikut mengisi dan mengirimkan sebuah tulisan. Tulisan yang lolos seleksi akan dimuat dalam buku beliau. Dan saya pun mencoba menulis kemudian mengirimkan kepada beliau. Saya lupa tahunnya, sekitar tahun 1999 lah. Dan....ternyata tulisan saya dimuat! Disusul kemudian sebulannya saya diberikan sertifikat dengan tanda tangan beliau (sayang sertifikat tersebut kini telah hilang!). Inilah dia, saya boleh dibilang “berjodoh” dengan beliau. Betapa tidak? Semenjak saya menyaksikan hasil kreasi beliau sewaktu saya SD di era 70 an, kemudian era 80 an saat saya SMA sangat menggemari tulisan kolom beliau di harian Kompas dan juga beberapa kartun beliau. Saya pun sebenarnya seorang kartunis dan beberapa kali kartun saya dimuat di harian lokal di Denpasar ini. Hanya saja saya tidak meneruskan bakat dan hobby saya membuat kartun ini. Tentang kelirumologi. Terus terang saya sudah lupa apa sih deskripsi atau difinisi kelirumologi itu? Maklumlah sudah puluhan tahun yang silam saya membacanya. Lagian saya tidak sempat mengklipingnya serta tidak mengoleksi buku Kaleidoskopi Kelirumologinya. Namun untunglah saya ini kini hidup di zaman IT yang serba canggih dimana sekali klik sudah dapat informasi yang kita inginkan. Kebetulan laptop yang saya pakai mengetik tulisan ini juga berhubungan dengan Internet. Jadi, lewat Mbah Google saya telusuri saja tentang kelirumologinya Bapak Jaya Suprana. Nah ini diantarnya saya peroleh dari Wikipedia berbahasa Indonesia mengenai apakah itu Kelirumologi? Sebelumnya terima kasih kepada web Wikipedia Indonesia. Kelirumologi adalah istilah humoris untuk merujuk kepada beberapa kekeliruan logika dalam pembentukan frasa dan kata yang sudah terlalu sering dipakai pengguna Bahasa Indonesia sehingga dianggap benar. Hal ini berhubungan langsung dengan keliru. Jika diurai, 'kelirumologi' berasal dari kata 'keliru' yang artinya 'salah', dan 'logi (logos)' yang artinya 'ilmu'. Dua kata tersebut jika hendak digabungkan, maka seharusnya berbunyi kelirulogi, bukan 'kelirumologi'. Akan tetapi Jaya Suprana sengaja menggunakan kata yang 'salah' tersebut untuk sekadar menjelaskan, bahwa istilah baru yang diciptakannya memang untuk mengajak kita semua menjadi peka terhadap kesalahkaprahan. Masih berkaitan dengan uraian di Wikipedia, Beberapa pihak sangat diuntungkan oleh kelirumologi. Terutama produk-produk yang popularitasnya meningkat setelah kekeliruan ini terjadi dan masyarakat menjadikannya sebagai identitas suatu produk atau jasa dibanding mengingatnya sebagai merk. Misalnya produk Aqua atau Pentium. Secara positif, kelirumologi penyebutan merk adalah keberhasilan upaya marketing yang salah satu tujuannya memengaruhi perilaku masyarakat terhadap kesenangan suatu produk. Dan yang ini mengenai pencetusnya, Kelirumologi pertama dicetuskan oleh Jaya Suprana, pengusaha jamu asal Kota Semarang yang juga pendiri Museum Rekor Indonesia. Sebagai pemikir, Jaya kerapkali memperdalam berbagai literatur baik dari buku maupun media lainnya untuk mempelajari kekeliruan yang terlanjur dianggap benar di tengah masyarakat. Dari hasil olah pikirnya itu, Jaya menerbitkan buku berjudul Kaleidoskopi Kelirumologi. Buku tersebut mengajak pembaca agar lebih kritis terhadap semua hal yang dianggap benar padahal sebenarnya salah. Jadi, kelirumologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kekeliruan menyebutkan suatu kata atau kalimat yang sudah dianggap benar di tengah masyarakat. Karena gagasannya, tokoh dengan segudang julukan ini (antara lain: pianis, kartunis, seminaris, humorolog, jamulog, kelirumolog), Jaya Suprana dikenal sebagai Bapak Kelirumologi. Dulu, secara berkala, Jaya Suprana juga menuliskan artikel-artikel tentang kelirumologi di majalah bulanan Indonesia Intisari, setiap artikel membahas sebuah istilah yang salah kaprah. Nah demikianlah tentang kelirumologi serta pencetusnya. Meski terkesan ide serta tema tulisan beliau itu guyon, namun kalau direnungkan bukan lagi sekedar guyon nyerempet humor tapi sebenarnya menyentil cara pikir dan berprilaku kita dalam masyarakat menyikapi dan berkaitan dengan tatanan kehidupan yang berlaku di masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu contohnya dalam kehidupan keseharian, saya ambil saja perilaku kita berlalu lintas di jalan raya. Misalnya saat kita melewati sebuah Traffic Light (Lampu pengatur lalu lintas). Warna yang paling umum digunakan untuk lampu lalu lintas adalah merah, kuning, dan hijau. Merah menandakan berhenti atau sebuah tanda bahaya, kuning menandakan hati-hati, dan hijau menandakan boleh memulai berjalan dengan hati-hati. Namun dalam prakteknya kenyataannya tidaklah demikian. Saat saya melaju melewati traffic light ini, sebenarnya saya sadar dan masih ingat dengan peraturannya dan ingin taat dengan peraturan tentang lampu rambu lalulintas ini. Misalnya lampu kuning mengisyaratkan hati-hati dan mengurangi kecepatan untuk siap-siap berhenti karena warna berikutnya adalah menyalanya lampu merah tanda berheti. Tapi dalam kenyataannya justru lampu kuning malah kebanyakan para pengguna lalu lintas justru menancapkan gas kendaraannya kencang-kencang. Ya termasuk saya juga. Soalnya kalau saya pelan-pelan, wah malah saya bisa “disikat” dari belakang oleh pengendara lainnya. Ya terpaksalah ikut tancap gas cari selamat! Nah lama-kelamaan akan terjadi kekeliruan pemahaman bahwa LAMPU KUNING PADA TRAFFIC LIGHT ADALAH UNTUK TANCAP GAS kendaraannya. Nah inilah yang dimaksud keliru dalam berprilaku atau berlalu lintas dalam hal ini. Hal-hal yang seperti inilah yang dibahas dalam kelirumologi dalam bentuk tulisan selama dan sementara ini. Kasus Traffic Light hanyalah salah satu contoh kecil saja. Kekeliruan yang sering dilakukan yang pada akhirnya kekeliruan ini mentradisi kemudian dianggap benar! Masih banyak lagi prilaku keliru dari kita keseharian yang tentunya tidak akan habis-habisnya kalau dibahas dalam tulisan atau pun seminar dsbnya. Sekarang kita sedikit paham mengenai apakah KELIRUMOLOGI itu.

Tidak ada komentar: