Sabtu, September 26, 2015

CARA TUHAN MENOLONG UMATNYA YANG BERBHAKTI DENGAN CARA YANG SERING KURANG DIPAHAMI

Cara Tuhan menolong serta melindungi umat yang bhakti dan disayanginya sering tidak dipamahi oleh si umat. Tidak jarang bahkan malah balik menghujan Tuhan yang melindungi dan menyayanginya. Seperti kisah dibawah ini. Pada zaman dahulu kala, di pinggiran sebuah hutan hiduplah seorang janda dengan seorang putranya. Putranya yang baru berumur 6 tahun itu sangat dia cintai dan sayangi. Si janda adalah seorang yang sangat bhakti (saleh). Hari-harinya selalu diisi dengan bersembahyang, berdoa, rajin ngaturang canang, ngaturang banten serta berprilaku sangat baik dan ramah kepada penduduk sekitarnya. Juga sangat suka menolong dan menyame braya. Semua penduduk sangat kagum, sayang juga hormat terhadap si janda. Suatu hari saat ia khusuk sembahyang, putranya disergap harimau buas sehingga meninggal. Tentu si janda sangat shock, histeris hingga terkapar pinsan. Para penduduk menolongnya, bersimpati, menghibur, memberikan dorongan moril dsbnya. Rupanya si janda tergoncang jiwanya, hilang akal sehatnya akibat tragedi ini. Bahkan pikirannya jadi goncang sehingga ia yang tadinya saleh, lemah lembut, berubah seratus delapan puluh drajat menjadi beringas serta sangat sensitif sifatnya. Karena ini hanya cerita, singkat cerita, ia protes kepada Tuhan atas bencana yang ia terima ini. Ia katakan bahwa kurang apa rasa bhaktinya kepada Tuhan? Ia rajin sembahyang, berprilaku baik, setiap rerahinan ngaturang canang, ngaturang banten serta prilaku baik lainnya yang tiada tandingannya di seluruh Desa dimana dia tinggal. “Kurang apa bhakti hamba kepada Mu Tuhan sehingga kau tega-teganya memberikan aku bencana menyakitkan seperti ini? Kurang apa? Ayoooo! Jawaaaabbbb!!!” bentaknya dengan mata merah, air mata bercucuran, rambut megambahan! Sekali lagi karena ini dongeng, maka terkisahkanlah si janda pergi ke alam bhaka menghadap Tuhan! Namun sebelum ia sampai ke tempat tujuannya, ia di hadang oleh “pecalang” yang menjaga gerbang akhirat. Ia ditanya tentang tujuan kedatangannnya dll. Akhirnya, si pecalang akhirat menghadapkannya kepada atasannya yang lebih berwenang menjelaskan tentang protes si janda. Humas akhirat itu kemudian memutarkan kaca benggala (zaman sekarang disebut video). Terlihatlah disana sebuah film pendek. Ternyata film tersebut mengisahkan kehidupan si janda sampai kelak tua. Dalam film yang berjudul “Bila Anakmu Tidak Mati” ini, si janda melihat pertumbuhan anaknya dari bayi sampai menginjak Dewasa (kira-kira berumur 25 tahun). Dalam film ini ia melihat seorang pemuda (anaknya) sedang menunggang kuda diikuti sekelompok pemuda lainnya. Ia lihat kelompok berkuda ini sedang melakukan penjarahan, pembakaran kampung, pembunuhan bahkan perkosaan! Dia juga melihat si pemuda balik ke rumahnya, dan seorang wanita setengah umur (usia 50 an tahun) dengan kondisi fisik miris, baju kotor robek-robek, penampilan dekil persis gembel. Si pemuda turun dari kudanya dan langsung menendang si perempuan tua hingga nyungsep. Ia memaki-maki dan meludahi si perempuan tua tersebut! Menyaksikan film ini sampai disitu, si janda tercekat. Ia tidak percaya ini, ia menyaksikan dirinya (si wanita tua) serta anaknya yang murtad berbuat sedemikian hina dan juga durhaka! Ia pun pinsan! Ketika ia sadar, ia pun dinasihati oleh si humas akhirat tersebut! “Nah, setelah kamu menonton film mengenai masa depan nasib kehidupanmu itu, apakah kamu masih berniat menghadap Tuhan dan memprotesnya?” Si janda lama terdiam. Sadarlah dia, bahwa sejatinyalah Tuhan telah menolong dia dari nasib jelek serta aib keluarganya bila saja si anak kesayangannya itu masih hidup hingga tumbuh dewasa mendapingan hingga tua. Oh Tuhan! Sadarlah dia, inilah bentuk kasih sayang Tuhan kepada dirinya yang saleh dan berbhakti. Ia kini sadar, terkadang Tuhan menolong serta menyelamatkan umatnya dengan cara yang sering tidak dipahami si umat sendiri. Andai saja si anak tidak tewas disergap harimau, maka anaknya itu akan jadi anak murtad. Dia tidak memikirkan dirinya sendiri sekiranya dia dilupakan anaknya itu. Ia hanya takut kalau si anak akan menjadi anak murtad! Anak durhaka! Dan juga akan dikutuk leluhurnya karena membuat anaknya menjadi kepala begal! Aib yang akan menodai garis keturunannya sepanjang zaman! Apakah Anda pernah mengalami cara Tuhan menyelamatkan Anda dengan cara yang terkadang tidak Anda pahami? Saya pernah, bahkan beberapa kali. Setelah kejadian, saya baru sadar kalau Tuhan menyelamatkan saya. Misalnya, suatu hari ketika berangkat ke kantor, saya ketinggalan dompet yang berisi uang serta lengkap dengan surat-surat kendaraan, ktp dll. Saat di tengah jalan dan sudah cukup jauh dari rumah, saya baru ingat kalau dompet yang biasanya saya taruh di kantong celana belakang tidak ada! Saya sering menyalahkan diri saya. Bahkan saking jengkelnya, saya memaki diri sendiri seperti: Dasar sudah tua pikun dll. Saya pun bersungut-sungut lalu balik ke rumah. Setelah mendapatkan dompet, saya kembali berangkat ke kantor tentu agak telat. Di pertengahan jalan dekat kantor, saya melihat ada kecelakaan hebat! Ada tabrakan beruntun melibatkan beberapa kendaraan dari berbagai jenis. Ada bus, truk, tronton dan juga roda dua. Kecelakaan yang sangat mengerikan, darah korban berceceran dimana-mana, beberapa korban dari sepeda motor bergelimpangan penuh darah mengerikan. Setelah saya Tanya kepada beberapa orang yang sempat melihat kejadian ini, ternyata kejadiannya…..kalau saya hitung-hitung….ihhh…..ternyata……ya Tuhan! Kalau saja saya tidak ketinggalan dompet, maka tepat pada jam kejadian tragis ini, saya …..tepat berada di tempat kecelakaan ini. Ya Tuhan, terima kasih sudah menolong saya dengan cara melupakan pikiran saya sehingga saya ketinggalan dompet di rumah. Kalau tidak…..oh Tuhan yang saya sembah, saya juga akan tertipa kecelakaan ini. Terima kasih ya Tuhan !!! Para pembaca, demikianlah cara Tuhan menyelamatkan umatnya yang mau berdoa, menyembahnya sehingga pertolonganpun akan datang! Meski dengan cara yang sering kurang kita pahami !

Kamis, Agustus 27, 2015

PITEKET TUALEN TEKEN PIANAKNE

Ibi sande tomben ty ngipi mebalih wayang. Dalangne Pak Nardayana Cengblong. Ty masih inget teken dialogne Tualen jak Merdah. Merdah : “Nang, kone di Bali liu nak iri hati utawi gedeg jak nak len? Padahal kan se wai-wai di Bali nak rajin mebanten, me bhakti lan sembahyang?”. Tualen : “Nak ye rajin mebanten, mebhakti, ngayah peteng-lemah di pure setiap odalan, sing jamin ye ngelah watak ne luwung. Mapan imanne sing luwung. Liu nak ne rajin me banten mebhakti,ngayah peteng lemah di pure kewale iman ne sing masih karuan luwung”. Merdah : “Ngude bise keto Nang? Kan mebanten, mebhakti, rajin ngayah peteng lemah di Pure to sebagai tanda ye nak luwung?” Tualen : “Nyen ngorang keto Dah? Sing jaminan to ! Buktine masih liu ne nyakitin timpalne, pisagane, brayane aji pengeliakan utawi desti?”. Merdah : “Nah to be cang dot nawang nang, ngude bise keto?” Tualen : “Itu kembali pada pribadi masing-masing gen Dah, sing penting to tongosne, bahkan orang-orang munafik suka sembunyi di balik aktivitas yang dianggap dapat menimbulkan pencitraan ne positif. Namun seiring dengan perjalanan waktu, akan terbukti nyen sujatine jleme ane seken2 luwung. Ne penting jani, cai jeg jemetang ibane meyadnye ken sesama. Mapan Agama i ragene Hindu nak sube ngemang jalan lan pilihan dalam Catur Marga. Cen kel cai jalalang? Ada Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana Marga Yoga, lan Raja Marga Yoga. 1.. Bhakti Marga Yoga (sembahyang) yaitu mengamalkan agama dengan melaksanakan bhakti/sembahyang, cinta kasih terhadap sesama ciptaan Tuhan, baik sesama manusia maupun dengan makhluk lain yang lebih rendah dari manusia yang disertai sarana bhakti. Jadi apabila orang telah bersembahyang dan hidup kasih sayang terhadap sesama makhluk itu berarti telah mengamalkan ajaran Veda melalui jalan bhakti. 2. Karma Marga Yoga (berperilaku) yaitu jalan atau usaha untuk mencapai Jagadhita dan Moksa dengan melakukan perbuatan baik (Subha Karma), serta melakukan kewajiban demi untuk mengabdi, berbuat amal kebajikan untuk kesejahteraan umat manusia dan sesama makhluk. 3. Jnana Marga Yoga (ilmu pengetahuan) yaitu jalan menuju Yang Maha Kuasa dengan menggunakan sarana belajar, yang nantinya dapat diaplikasikan bagi kesejahteraan umat manusia dan kelestarian alam ini. 4. Raja Marga Yoga (meditasi) yaitu pengendalian panca indria untuk mencapai tujuan terakhir dari samadhi sebagai salah satu jalan atau cara umat Hindu untuk mendekatkan diri padaTuhan Yang Maha Esa. Pokokne jeg cai tenang dogen dengan catatan, jalan mana pun yang kamu pilih/tempuh ingatlah harus dilandasi hati yang baik dan tulus. Yen sube keto ape kel iriang, gedegin jak pisage? Inget KARMA PALA nah ning, yen sube inget ken ento jeg cai las gen lan tenang gen menjalani hidup ini. Gitu aja kok repot!” Merdah : “Kewale kadirase kene sentil icang nang ade nak ngorang keto?” Tualen : “Ha ha ha! Anak muda...anak muda, jeg gampang sajan sensi! Sube orahin nanang, jeg ne penting de demen nyindir timpal, pisage, braye lan semeton tiosan. Luwungan gen prilaku awake, yen cai merasa tersindir berarti cai sing percaye ken Ida Sang Hyang Widhi, ken Karmapala. Ingak ingak ingak! Apa yang kamu tanam itu yg akan kamu tunai kelak! Yen cai masih percaya jak Agaman caine Hindu ne, ngude jeg resah ningeh munyi ne sing bermutu uli jleme ne kuat-kuet di poskamling to? Jleme sing ngelah gae makane gampang sajan pikirane dipengaruhi setan. Orang yang sibuk bekerja apalagi bekerja untuk kemanfaatan pada sesama, sing bakat ban mepeirian ken pisage. Hi hi hi !” Merdah : “Yen keto cang sing perlu mebanten, mebhakti lan ngayah di pure nang?” Tualen : “Badaaah! Anggon cai pembenaran piteket Bapene ne? Dasar cai jleme males mepisege lan mebraye. De nak keto. Kan Bape sube ngorang, apapun aktivitasmu, dimana pun kamu berada, kamu hendaknya tetap ada pada jalur yang baik sesuai dengan ajaran agamamu. Ingat Karma Pala ! yen sube cai ke pure ngayah, cai bersosialisasi adane. Ditu cai kel liu ngelah timpal lan nyame-braye!” Merdah : “O keto nang?” Tualen : “Yessssss!” Merdah : “Ng...ng e e....Yen...aduh adi bedu otak cang nang? Yen nak ne iri, gedeg jak timpalne to kanti ngaliang pengeliakan engken undukne Nang?” Tualen : “Aduuuuuuh! Jeg mebalik kuri cai metakon? Aduh dewe ratu, adi tiang ngelah pianak bedu buke ke kene? Otakne otak batu? Yen ye ne nu ngiriang pisage lan gedeg jak pisage artine to be ye jleme sing bise mengendalikan panca indria ne alias imannya masih lemah! Iri dan gedeg tanda tak mampu. Hi hi hi hi!” Merdah : “He he he! Mangap eh sory Nang........ Ohya Nang, pantesan dah status yang nanang buat di fb nya jeg yang lucu-lucu saja dan menghibur”. Tualen : "Ya lah Ning, membuat orang gembira juga yadjna, sebaliknya membuat orang lain sebet, sedih dan membunuh karakternya juga suatu perbuatan dosa kendati itu hanya lewat perkataan dan sebuah tulisan berupa status di suatu jejaring sosial! Surga akan tercipta di dunia bila mana semua manusia sudah mampu menyelaraskan pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik".