Rabu, Juni 19, 2013

MENGKRITISI TEMA DAN GAYA LAWAKAN YANG DISISIPKAN DALAM SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL BALI

Setiap saya menonton pertunjukan kesenian tradisional Bali saat ini, ada perasaan kecewa dalam hati saya. Terutama sekali dari unsur lawakan yang disipkan dalam pertunjukkan kesenian tradisional (Bali) tersebut. Apakah itu Wayang Kulit, Topeng+Bondres, Drama Gong, Calonarang, Arja dan sebagainya. Setiap cabang seni ini berusaha menarik perhatian penonton yang sebanyak-banyaknya. Untuk itu maka humor adalah salah satu diantara cara dalam upaya menarik perhatian agar banyak yang menyaksikan yang ujung-ujungnya agar terkenal, tetap eksis dan tentunya menjadi laris. Dan puncaknya jelas ujung-ujungnya juga duit. Demi memperoleh semua keinginan itu, tidak jarang juga para seniman ini kemudian mencari jalan pintas tanpa memperdulikan lagi unsur pendidikan cq pendidikan moral tentunya. Atau kasarnya, menghalalkan segala cara ! Masih berkaitan dengan dunia seni pertunjukan. Saya pernah mendengar istilah melacurkan diri. Istilah ini pernah saya dengar bahkan baca, yang mana istilah ini ditujukan kepada para seniman (seni peran/dramawan/aktor dan aktris film) yang telah kehilangan idealismenya. Dan demi mengejar popularitas dan kelarisan, mereka lalu tidak lagi memperdulikan kaidah-kaidah yang sudah menjadi pakem dalam dunia seni peran tersebut. Dalam konteks ini, nampak ada pergeseran dalam pertunjukan seni tradisional Bali ini beberapa tahun belakangan. Apakah para seniman ini dikarenakan dapat membaca situasi dimana penonton mulai meninggalkan pertunjukan mereka jika masih memakai pola lama yaitu pertunjukan seni tradisional (Bali) yang mengutamakan kisah-kisah lama/Babad Bali, Kisah Mahabarata dan Ramayana. Dimana para penonton sering ngantuk jika disuguhi kisah-kisah yang ditampilkan dengan serius. Dan biasanya para penonton akan kembali melek matanya dan semangat bila ditampilkan adegan para punakawan yang lucu-lucu baik penampilan fisik, gerak-gerik atau ucapannya? Mengapa demikian? Ya mungkin saja masyarakat sekarang terlalu banyak dibebani berbagai persoalan dan masalah hidup yang menghimpit berat setiap harinya. Dan saat disuguhi pertunjukan dengan format yang serius, mereka malah bosan dan tidak mampu menelaah isi cerita berupa babad kuno atau kisah epos keagamaan Mahabarata-Ramayana itu. Banyak penonton meninggalkan pertunjukannya atau masih di tempat tetapi ...tidur! Menyadari hal ini, maka belakangan format dibalik oleh para seniman pertunjukan ini. Jika dahulu kisah-kisah/babad-babad zaman dahulu atau epos-epos Mahabarata dan Ramayana itu sekitar 70 % ceritanya, sedangkan 30 % disisipi lelucon oleh para punakawan, belakangan dengan membaca situasi dan kondisi yang diinginkan penonton maka jadi kebalik yaitu lelucon oleh para punakawan tersebut bisa menjadi bahkan 80 % dan malahan cerita babad atau pun epos tersebut malah hanya sebagai sekedar tempelan belaka. Celakanya lagi, demi kelarisan, tetap eksis, tetap populer dan diidolakan masyarakat, para seniman ini kemudian menghalalkan segala cara agar tetap eksis dan terkenal. Maka mereka pun melucu yang penting penonton tertawa terpingkal-pingkal apakah materi yang disampaikan dalam lelucon itu layak atau tidak, sopan atau vulgar, ini tidak mereka perhatikan. Padahal lawakan mereka itu ditonton oleh segala umur. Sungguh disayangkan dan tidak mendidik. Demi kelarisan, keterkenalan, dan agar selalu ditanggap orang, mereka mengabaikan segi-segi pendidikan. Inilah yang dimaksud dengan para seniman seni peran pertunjukkan yang telah melacurkan seni (lawak dalam hal ini) seperti yang disindir diatas. Dan di Bali saat ini banyak bermunculan group-group seni pertunjukkan seperti ini dengan berbagai gaya yang mungkin menurut mereka itu adalah suatu inovasi. Ya, mereka menganggapnya suatu inovasi dalam berkesenian cq kesenian trasidisional Bali. Hal ini seperti telah saya uraikan diatas agar tetap menarik, eksis dan populer.. Misalnya yang dilakukan oleh dalang wayang Ceng Blong. Dalang ini melakukan beberapa perubahan yang sangat berani serta revolusioner. Diantaranya menyertakan teknologi sound system, sound efek, dan efek pencahayaan dengan permainan lampu. Dengan inovasi seperti ini, pertunjukan wayangnya terasa lebih hidup dan tentunya ini dapat menarik perhatian penonton. Hal ini merupakan penyegaran dalam pertunjukan wayang dimana pertunjukan wayang dengan pakem yang klasik semakin ditinggalkan penontonnya. Tentu upaya tersebut tidak hanya sampai disana saja. Maka sisi punakawannya kemudian lebih ditonjolkan. Misalnya mengeksploitasi kelucuan lewat para punakawannya seperti Delem, Sangut, Tualen dan Merdah. Bahkan dalam wayang Ceng Blong sesuai dengan gelar dan nama sekeha wayang ini yakni wayang Ceng Blong, maka tokoh Ceng Blong ini lebih dieksploitasi hebat lagi dan diberikan peran lebih luas dalam humornya dibandingkan punakawan sesuai pakem seperti Sangut-Delem dan Merdah-Malen atau Tualen. Juga mereka merevolusi gambelan dimana pada Wayang Kulit klasik hanya menggunakan gambelan gender, tapi dalam wayang Ceng Blong gambelannya ditambah dengan gambelan sejenis gambelan semar pegulingan. Juga disispkan dengan beberapa orang sinden. Pada umumnya, wayang kulit klasik di Bali dari zaman dahulu tidak pernah mengenal atau menyertai sinden seperti yang dilakukan oleh wayang kulit Ceng Blong dari Desa Blayu Tabanan ini. Lampu minyak pun diganti dengan lampu listrik. Namun betapapun juga, kadangkala kemampuan berhumor setiap seniman itu ada juga batasnya. Pada suatu titik puncak popularitas tidak sedikit diantara mereka kemudian kehabisan bahan lawakan. Hal ini mungkin karena kesibukan mereka “manggung” sehingga tidak sempat menggali humor baru dan humor lama selalu diulang-ulang. Oleh karenanya tidak ada kejutan yang dapat menggelitik syaraf-syaraf tawa para penggemarya. Humor lama yang diulang-ulang ini dengan mudah ditebak oleh penonton sehingga tidak ada lagi sesuatu yang baru dalam humor yang dipertunjukan sehingga lama-kelamaan kemudian penontonpun dibuat bosan. Dengan demikian para seniman ini pun kehilangan taksunya. Menciptakan bahan lawakan/humor ternyata tidak semudah yang diperkirakan oleh para penikmat atau penonton. Perlu kejeniusan, kecermatan, kepekaan dalam memperhatikan perkembangan situasi terkini di masyarakat sehingga lawakan/humor yang ditampilkan selalu update dan aktual. Nah, hal inilah yang banyak dialami oleh para seniman tradisional Bali. Celakanya, demi mempertahankan popularitas dan tetap disenangi serta laris ditanggap masyarakat, maka tidak sedikit kemudian diantaranya mengambil jalan pintas agar tetap lucu. Oleh karena itu kemudian munculah bahan lawakan yang tidak atau mengabaikan segi sopan santun yang bersifat mendidik. Muncullah lawakan yang vulgar baik dari segi ucapan maupun gerak-gerik yang tidak bermoral. Ucapan dan gerak-gerik yang tidak bermoral oleh para seniman tersebut sudah dapat dikatakan menabrak rambu-rambu kesopanan dan ketatasusilaan yang berlaku di masyarakat kita serta dalam perundang-undangan di negeri ini disebut dengan istilah porno grafi dan porno aksi. Dan sebagian dari seniman pertunjukan tradisional Bali ini kini telah terjebak dalam pola lawakan tidak bermutu seperti ini. Atau jangan-jangan ini hanyalah suatu bentuk ketidakberdayaan para seniman pertunjukan tradisional Bali saat ini untuk menggali lawakan yang cerdas dan bermutu? Dan para penonton atau penikmat seni pertunjukan tradisional Bali pun kini dituntut cerdas untuk mengetahui mana materi lelucon yang bermutu dan tidak bermutu. Saksikan saja pertunjukkan kesenian tradisional Bali baik siaran langsung maupun yang direkam kemudian sering ditayangkan beberapa stasiun televisi lokal Bali. Terutama sekali saat munculnya para punakawan atau bebondresan dalam kesenian ini. Dimana para pelawak tersebut dengan tanpa merasa berdosa sedikitpun mempertunjukkan pornografi atau porno wacana dan porno aksi dalam penampilannya. Perhatikan ucapan-ucapan yang keluar yang tujuannya untuk memancing tawa penonton. Demikian juga gerak-geriknya yang menunjukan gerakan-gerakan tubuh yang tidak senonoh. Memang penonton dibuat tertawa terbahak-bahak dan tentunya si seniman ini merasa puas karena menganggap lawakannya lucu dan dia merasa berhasil dan sukses dan oleh karenanya dia merasa bangga sekali. Tapi dia lupa bahwa apa yang dia lakukan lewat lawakannya itu sudah meracuni generasi muda bangsa ini. Sungguh sangat disayangkan, dan yang lebih menyedihkan lagi, akan menambah ratusan ribu orang yang tersesatkan lagi karena menyaksikannya jika direkam lalu ditayangkan lewat televisi. Porno wacana dan porno aksi itu akan membekas bahkan tertanam mengkristal dalam alam bawah sadar para penonton cq penonton dibawah umur. Yang mengherankan lagi, sudah jelas ini siaran tunda atau siaran hasil rekaman, kok tidak ada upaya dari televisi (lokal) bersangkutan untuk mengedit menghilangkan bagian-bagian yang tidak layak untuk dilihat dan didengarkan bagi pemirsa televisi ini. Atau ini juga bagian persaingan diantara stasiun-stasiun TV lokal Bali yang semakin banyak bermunculan? Dan mereka juga berperilaku sama dengan para seniman pertunjukan tradisional Bali ini untuk menggaet permisa sebanyak-banyaknya? Sungguh sangat disayangkan. Jadi, perlukah kita heran jika saat ini di Bali banyak kalangan usia muda yang terjangkit penyakit yang mematikan yaitu HIV-AIDS ? Pertengahan bulan Juni 2013 ini, keluarga kami melaksanakan upacara pernikahan keponakan saya. Dalam acara ini dilaksanakan dan disipkanlah salah satu jenis kesenian tradisional Bali. Saya tidak perlu sebutkan nama group kesenian ini. Saya juga kurang tahu konsep group ini. Apakah dia group lawak dengan busana Bali? Atau apa? Arja? Joget? Bebondresan? Ga taulah! Jenis kesenian ini sudah tidak murni lagi kalau disebut arja, prembon atau sejenisnya. Karena bentuk kesenian ini merupakan suatu hasil inovasi dimana dalam seni pertunjukkan ini lebih ditonjolkan unsur humornya. Sedangkan pakemnya sudah ditinggalkan. Tidak ada lagi cerita yang pasti. Misalnya cerita yang berhubungan dengan upacara ini (pernikahan). Tidak ada nasihat-nasihat untuk keponakan-keponakan kami yang menikah ini. Yang ada hanyalah full humor. Dan tujuannya kalau tidak salah saya analisa hanyalah bertujuan semata-mata untuk menghibur para undangan yang menghadiri acara Pawiwahan (pernikahan) ini. Celakanya lagi, humor yang saya maksud disini persis seperti yang sudah saya uraikan panjang lebar diatas. Maka yang terjadi adalah pertunjukkan yang sarat porno aksi, porno wacana, dan pornografi. Dibilang pertunjukkan topeng juga bukan (karena senimannya tidak ada yang bertopeng). Pertunjukkan arja juga bukan. Mungkin ini inovasi dan kreasi baru yang didominasi tarian joged bumbung hot dan sayang.....sangat...sangat tidak mendidik. Tidak ada sedikit pun manfaat yang dapat dipetik dan patut diambil dari pertunjukan kesenian ini. Misalnya salah seorang pemeran utamanya yang kebanci-bancian (apa bancin beneran?), yang dengan improvisasinya merayu kemudian duduk dipangkuan salah seorang undangan. Tidak cukup dipangku, bahkan tangan undangan itu malah diraih dan....maaf diarahkan ke salah satu...payudaranya dan diremas-remaskan. Sungguh terlalu ! Lucu oke, tapi hanya itu saja tujuannya? Kalau cuman itu, rasanya setiap orang dapat berbuat lucu-lucuan. Bahkan gampang sekali. Coba saja dimana Anda berkumpul dengan teman-teman Anda. Sekarang sampaikan humor dengan tema yang ngesek dan cabul, niscaya semua yang hadir pasti akan tertawa terbahak-bahak. Setidak-tidaknya teman-teman yang ada dihadapan Anda saat itu. Apalagi kalau disertai gerakan-gerakan yang tidaksenonoh pastilah hadirin akan tertawa terpingkal-pingkal. Jadi, tak usah jadi seniman yang katanya profesional. Tapi apa hanya kelucuan itu yang kita inginkan? Tidakkah kita pikirkan dampak dari perbuatan aksi serta ucapan para seniman yang tidak senonoh itu yang harus kita tanggung dalam waktu jangka tertentu? Terutama sekali bagi anak-anak kita yang masih dibawah umur untuk disuguhkan hal-hal seperti ini? Melucu itu gampang, kalau seperti yang dilakukan oleh para seniman tradisional yang saya sebutkan diatas. Tapi bagi saya, itu melucu dengan cara murahan. Yang sulit adalah melucu yang intelektual dan cerdas tapi mengandung segi pendidikan ! Sekarang era informasi dan komunikasi begitu canggih. Anda dengan mudah mencari informasi di Internet, bahkan via smart phone pun dan berbagai jenis alat digital mobile sudah dapat. Serta banyak alat elektronik-digital yang tersedia. Dan dengan sekali klik, kita dengan mudah memperoleh informasi. Anda saksikanlah bagaimana para pelucu-pelucu yang ditampilkan oleh beberapa televisi nasional. Ada berbagai pertunjukan komedi yang dapat mengundang tawa. Berbagai tayangan komedi dengan berbagai program. Opera Van Java, Pesbuker dsbnya. Itu hanyalah salah dua dari sekian puluh lawakan bergroup di televisi nasional. Sekarang yang lagi ngetren adalah lawakan tunggal yang disebut standup comedi. Saksikanlah mereka, adakah bahan lawakan mereka itu berbau porno yang kasar dan vulgar? Baik itu porno aksi maupun porna wacana? Kalau pun ada yang “kilaf” maka lawakan mereka tidak akan ditampilkan, atau ditampilkan tapi sudah diedit serta disensor. Atau paling jelek sangat halus penyampaiannya. Hal ini setelah berkali-kali saya menonton lawakan mereka. Saya benar-benar dibuat terpingkal-pingkal saking gelinya lawakan mereka. Dan saya ketawa terpingkal-pingkal dengan lawakan yang sedikitpun tidak ada unsur pornonya. Saya benar-benar kagum. Ini tidak mudah dan ini memerlukan kecerdasan. Bagaimana melawak dengan cara yang santun dan sopan tapi dapat menggelitik syaraf geli kita. Sungguh luar biasa. Kita puas tanpa moral kita diracuni. Salut ! Kemudian saat saya menonton lawakan Bali yang disipkan dibeberapa pertunjukan kesenian tradisional Bali, baik itu wayang kulit, bondres, arja, drama gong dsbnya, saya tidak melihat kelucuan atau cara melawak dengan cara-cara yang cerdas beretika, serta sopan santun dari group-group tersebut beberapa tahun belakangan ini. Yang ada hanyalah ucapan-ucapan vulgar dan gerakan-gerakan tubuh yang tidak senonoh bahkan melakukan sentuhan-sentuhan terhadap bagian-bagian terlarang pada teman mainnya bahkan juga para penonton. Celakanya, ini dilakukan di depan umum dimana tidak hanya disaksikan para penonton yang sudah cukup umur, tapi juga anak-anak kecil. Hal serupa dapat saya lihat secara langsung dengan kepala dan mata sendiri dalam pertunjukkan kesenian lawak dengan format tradisional Bali(karena menggunakan busana kesenian tradisional Bali) di acara pernikahan keponakan saya ini. Dalam pertunjukan ini unsur tradisional Balinya dari segi pakem sudah tidak nampak. Yang ada hanya beberapa jenis tarian ala Bali yang sudah diselewengkan. Seperti tari joget bumbung dengan goyangan-goyangan yang hot sarat gerakan cabul dan tidak senonoh, disertai juga ucapan-ucapan yang tidak patut diperdengarkan di depan umum. Kalau demikian halnya, alangkah tidak mulianya jika seseorang saat ini berprofesi sebagai seniman cq seniman pertunjukkan tradisional Bali bila tema lawakan yang disampaikan tersebut hanya seperti apa yang sebagian besar dipertontonkan oleh para seniman tradisional (tapi modern) tersebut. Padahal, sesungguhnyalah bahwa menjadi seniman tradisional Bali itu mestinya adalah suatu profesi yang dimuliakan. Selain itu seniman adalah profesi yang strategis, mulia dan terpandang. Mengapa? Karena seorang seniman seperti yang saya sebutkan ini pada hakikatnya adalah juga seorang guru, pendakwah keagamaan (Hindu), dan juga juru penerang bagi masyarakat yang masih awam dalam bidang keagamaan, juga tradisi Bali. Pada zaman dahulu kala, kesenian tradisional Bali seperti Arja, Wayang Kulit, Tari Topeng dsbnya tersebut merupakan media pembelajaran. Dan para seniman yang terlibat di dalamnya itu sekali lagi boleh dibilang dan dapat disamakan perannya seperti seorang guru. Karena mereka memberikan atau menyampaikan pelajaran cq tentang sejarah atau babad Bali atau Agama Hindu dengan epos Mahaberata dan Ramayana misalnya. Dengan menonton pertunjukan-pertunjukan ini, kita akan memahami akan sejarah/babad raja-raja zaman dahulu yang berkuasa di Bali (Babad Dalem dsbnya) atau di luar Bali (Singosari, Daha, Kediri, Majapahit dsbnya) atau juga tentang ajaran Agama Hindu lewat kisah-kisah Ramayana dan Mahaberata. Namun kini, apakah yang kita dapat dari pertunjukan-pertunjukan kesenian tradisional Bali yang sering kita saksikan secara langsung maupun melalui televisi lokal Bali ini? Apakah demi tetap populer dan laris lalu kemudian sah-sah saja para perkumpulan kesenian tradisional Bali ini berbuat diluar batas-batas kesopanan, tata-susila sesuai ajaran Agama Hindu yang kita cintai ini? Katanya kita orang Bali adalah orang yang sangat agamis karena hampir tiada hari kita selalu melakukan upacara ritual keagamaan? Tidakkah ini merupakan suatu kemunduran dan degradasi dalam bidang seni pertunjukkan cq lawakan Bali? Dimasa lampau kita punya pelawak dan seniman lucu semisal Dalang Wayang Kulit Ida Bagus Ngurah Buduk, Dadap-Kiul, yang mana mereka melucu tanpa harus berpornogafi dan berpornoaksi? Toh mereka tetap dikagumi dan menjadi seniman tradisional Bali yang melegenda hingga saat ini. Jadi, benarlah apa yang pernah saya baca dan dengar dalam suatu diskusi manyangkut seni peran dan pertunjukan bahwa ada beberapa seniman ini yang telah “melacurkan diri” demi popularitas, demi keeksisan, dan tentunya demi tetap laris agar dapurnya tetap ngebul. Tapi semua itu ia perbuat dengan mengorbankan akhlak dan merusak moral generasi muda. Oh alangkah tidak nikmat dan tidak mendapat rido Tuhan profesi mereka ini. Tulisan ini hanyalah sebuah auto krirtik tehadap diri kita selaku orang Bali. Kita meski bersikap lebih kritis dan selektif. Terutama sekali peranan para tokoh formal (yang ada di pemerintahan) dan para tokoh non formal yang disegani di masyarakat. Kita harapkan mereka akan lebih aktif untuk dapat memfilter segala sesuatu yang nantinya dapat merusak tatanan kehidupan bermasyarakat. Dari lembaga formal sebenarnya kan sudah ada KPI (Komsisi Penyiaran Indonesia), juga ada lembaga sensornya. Tentu agar lembaga-lembaga ini dapat lebih tajam “gunting” sensornya terutama yang akan ditayangkan via televisi. Para seniman tradisional yang saya sebut diatas juga kita harapkan lebih bertanggung jawab terhadap profesinya yang strategis ini. Sadarilah karena jika salah dalam menyampaikan pesan maka ribuan generasi muda telah rusak moralnya hanya gara-gara ambisi sesaat Anda yang ingin tetap eksis, populer, laris demi mempertebal pundi-pundi tabungan Anda tanpa Anda pedulikan akan masa depan generasi muda kita yang mana kelak merekalah yang akan meneruskan kehidupan kita ini. Apakah kita ingin mewariskan yang rusak-rusak kepada mereka? Apakah keeksisan, kepopuleran dan kelarisan Anda selaku seniman diatas lalu ribuan korban kerusakan moral generasi muda bangsa cq Bali? Sungguh sangat disayangkan. Dan tulisan ini saya buat sebagai bentuk keprihatinan dan juga kekhawatiran saya sebagai putra Bali terhadap saudara-saudara serta anak-anak penerusnya kelak. Semoga saja, meski tulisan ini jauh dari bermutu setidaknya dapat ditangkap maksudnya dan syukur dapat dipikirkan bahkan ditindaklanjuti. Bisa saja diseminarkan, dibahas, didiskusikan demi kebaikan kita terutama masyarakat dan generasi muda Bali kedepan. Astungkara. Juga mohon maaaf apabila ada yang kurang dapat menerima dan berkenaan dihati. Sekali lagi suatu sikap kritis adalah salah satu upaya atau cara menyampaikan rasa kekhawatiran. Membuat tulisan opini seperti ini adalah salah satu dari upaya tersebut.

Selasa, April 09, 2013

MENANGANI SAMPAH DAN KEBERSIHAN SECARA TOTAL BUKAN HANYA TUGAS PEMERINTAH TAPI JUGA MASYARAKAT

Bangsa kita masih perlu banyak belajar tentang pentingnya arti kebersihan. Kebersihan yang bermuara pada kesehatan. Kita masih dalam proses menuju kesana. Padatnya penduduk, tentunya juga semakin banyaknya kebutuhan hidup yang dibutuhkan dan tentunya efek sampingnya banyaknya sampah yang ditinggalkan dari hasil produksi, konsumsi dan sisa-sianya berupa sampah bakal bahkan bukan bakal lagi tapi sudah merupakan masalah berat yakni pembuangan sampah dan tempatnya. Lingkaran produksi, konsumsi dan akhirnya SAMPAH! Kita bahas saja tentang membuang sampah. Meski sudah dibuatkan perda oleh masing-masing pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota dan disosialisasikan dari strutur Pemerintahan Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Kelurahan, Desa dan Banjar dan dipasang dengan papan besar-besar disamping bak sampah, tapi toh pelanggaran waktu dan saat membuang sampah masih tetap berlangsung. Masih banyak warga masyaralkat yang membuang sampah diluar waktu yang ditentukan.Nampaknya mebuang sampah ini bersifat sangat mendesak. Warga masyarakat tidak mau dan tidak suka kalau berlama-lama menyimpan sampah di rumahnya atau ditempat sampah rumahnya. Sadar atau tidak hal ini akan berdampak pada masalah kesehatan keluarga dilingkungan rumahnya. Inilah mungkin salah satu faktor penyebabnya mengapa mereka buru-buru sesegera mungkin membuang sampah kendati tidak tepat pada waktu yang ditentukan sesuai perda Kabupaten/Kota yang telah dibuat dan diterapkan. Tingkat kepatuhan/ketaatan terhadap peraturan yang berlaku,kedisiplinan, ketertiban masih perlu ditingkatkan. Pembuangan sampah dan pelanggaran karena tidak sesuai dengan peraturan yang ditentukan Pemerintah pada akhirnya cq DKP (Dinas Kebersihan danPertamanan) bertindak tegas. Seperti yang dilakukan DKP Kota Denpasar. Terutamasekali beberapa tempat sampah yang ditempatkan di jalan-jalan utama atau jalan protokol pusat kota. Bahkan untuk mendisiplinkan warga masyarakat dan menegakkan aturan yag berlaku, disetiap bak pembuangan sampah tersebut kini dijaga oleh Satpol PP (ini penulis lihat dari mobil hitam bertuliskan Satpol PP yang parkir disamping bak sampah dan beberapa petugas berseragam hitam-hitam diseputar TKP).Ini artinya Pemerintah cq Pemerintah Kota Denpasar khususnya dimana saya berdomisili sangat serius dan tidak main-main dalam menangani masalah sampah dan kaitannya dengan kebersihan Kota Denpasar tentunya. Disatu sisi, tindakan tegas ini perlu dan wajib dilakukan Pemkot Denpasar untuk pembelajaran terhadap penduduk Kota Denpasar khususnya dalam berdisiplin membuang sampah dan menjaga kebersihan lingkungannnya dan juga citra Kota Denpasar yang merupakan Kota Propinsi Bali. Namun demikian tentunya tidak boleh setengah-setengah. Maksud penulis , tidak hanya terkonsentrasi pada jalan-jalan utama dan protokol saja. Sebab jika tidak ditangani secara total dan menyeluruh sampai kepelosok-pelosok Desa maka yang terjadi hanya di pusat kota dan jalan-jalan utama saja yang nampaknya bersih tapi di tempat-tempat tersembunyi dan jalan-jalan kecil sampah akan berserakan. Mengapa bisa demikian? Karena warga masyarakat terutama sekali yang biasanya membuang sampah tidak tepat pada waktunya sesuai peraturan atau perda tersebut sudah terlanjur membawa sampah dalam bungkus tas kresek umumnya tidak akan mau kembali pulang membawatas keresek sampahnya manakala tempat sampah dimana mereka biasanya membuang sampah dijaga oleh Satpol PP. Sampah tersebut tidak boleh kembali kerumah! Kalau dianalogikan, ludah yang sudah ditumpahkan ketanah mana mungkin dijilat kembali? Jijik bukan? Akibat pikiran bahwa sampah yang terlanjur dibawa keluar rumah mesti dibuang (bagaimana pun caranya) pada akhirnya dibuang sembarangan disuatu tempat yang tersembunyi. Maka, berserakanlah sampah ditempat-tempat tersembunyi tersebut dimana tidak ada petugas pengawas yang mengawasi dan menjganya. Maka, kitapun akan menambah permasalahan baru dalam masalah penaganan sampah kaitannya dengan kebersihan. Sabagai contoh, penulis yang juga tinggal dipusat Kota Denpasar dimana jalan protokol atau jalan raya utama telah disediakan bak penampung sampah sebanyak tiga buah. Beberapa warga sekitarnya membuang sampah disana. Bahkan tidak saja warga sekitarnya, bahkan warga yang tinggalnya sangat jauh pun membuang sampah disana akibat didekat atau diseputar tempat tinggal mereka sudah tidak tersedia bak sampah akibat penolakan beberapa warga yang tidak mau di dekat rumahnya ditaruh bak sampah DKP. Hal ini tentunya akibat bau busuknya yang menyengat dan menyesakkan nafas. Ada yang membuang sampah taat sesuai dengan jam dan waktu ditentukan sesuai jadwal, tapi tidak sedikit pula yang membuang sampah diluar jam dan waktu yang ditentukan alias melanggar aturan! Nah setelah kini dijaga Satpol PP pada bak sampah tersebut, banyak yang kembali dan menghin dari bak sampah tersebut kalau tidak mau ditangkap dan dinaikkan mobil Satpol PP tersebut kemudian (mungkin) akan digelandang kekantor Satpol PP atau kantor DKP. Namun mereka para warga masyarakat yang sudah terlanjur membawa sampah dalam tas plastik kreseknya tentu kebanyakan merasa risih kalau membawa sampah tersebut kembali pulang ke rumahnya. Oleh karena itu maka mereka akan membuang sampah tersebut sembarangan di tempat-tempat tersembunyi yang jauh dari jangkauan pengawasan petugas tersebut. Maka,lihatlah dan berkelilinglah kepelosok-pelosok Kota Denpasar. Pergilah Anda ke selok-selokan/got-got yang terletak di tempat tersembunyi dan jalan Desa. Bahkan juga sungai-sungai kecil yang ada di Desa-desa pinggiran Kota, tegalan-tegalan kosong yang belum dihuni serta tempat “leke-leke” lainnya. Wah kumuh banget. Ini bagaikan Sunsdel Bolong,cantik dimuka tapi borok dibelakang! Tulisan ini hanyalah sebuah opini hasil dari penglihatan danpengamatan secara nyata dari langsung dari penulis. Bahkan si penulis langsung merasakannya. Sebab got-got di depan dan di samping tempat tinggal penulis kini sering ditemukan beberapa bungkusan tas kresek berisi sampah. Kebetulan juga got-got tersebut belum ditutup trotoar diatasnya sehingga warga masyarakat yang urung membuang sampah di bak sampah yang disediakan di jalan utama lalu kembali karena tempat membuang sampah tersebut dijaga petugas. Agar tidak membawa sampah tersebut kembali ke rumahnya maka dibuanglah di got-got tersebut dan juga sungai-sungai kecil tak jauh darirumah penulis. Akan timbul dampak baru lainnya dari perilaku ini yakni banjirbila musim hujan tiba. Sementara iru, biang keladi dari sampah yang berserakan disepanjang jalan raya akibat ulah dari para pengendara yang tidak memiliki rasa disiplin dan tata krama. Mereka membuang sampah dari atas kendaraannya antara lain dari atas sepeda motor, dari dalam mobil pribadi/umum yang melaju. Atau juga kelalaian dan kekurang disiplinan mobil angkutan baik truk yang mengangkut bahan bangunan seperti pasir, tanah uruk, tumpahan sisa-sisa semen dari mobil besar molen dan sebagainya. Oleh karena itu, penanganan sampah dan pembelajaran disiplin terhadap warga masyarakat untuk taat mebuang sampah pada tempat dan waktu ditentukan itu baik, tapi juga jangan setengah-setengah dan hanya di tempa tpembuangan sampah pada bak yang disediakan di jalan-jalan utama atau protokol saja, akan tetapi juga diperhatikan dan dijaga sampai ke pelosok-pelosok tersembunyi.Sehingga dengan demikian maka inilah yang penulis maksudkan dengan menangani sampah secara total! Masalah sampah seperti juga dengan masalah-masalah sosiallainnya yang rentan menimbulkan gejolak sosial. Penanganan sampah dan kebersihan Kota kita bukan saja tugas Pemerintah,tapi juga tugas kita warga masyarakat. Marilah kita belajar berdisplin dalam menjaga kebersihan lingkungan. Buanglah sampah pada tempat yang telahdisediakan dan pada waktu yang ditentukan sesuai peraturan yang telah dibuat Pemerintah (Perda). Juga sampah perlu dipilah-pilah antara sampah organik dan unorganik dalam wadah atau tas kresek plastik yang berbeda. Dan nantinya juga dibuang sesuai dengan tempatnya yang mana juga telah disediakan yakni bak warna hijau tempat sampah organik dan bak warna kuning untuk sampah unorganik. Kemudian buanglah padawaktu dan saat yang sudah ditentukan sesuai dengan Perda yang telah diterapkan. Semoga lingkungan kita bersih yang mana juga berdampak pada ketenangan jiwa dan kesehatan raga. Sampah yang dibuang tidak pada tempatnya, tidak pada waktunya, jauh dari perhatian dan penjagaan petugas. Perlu kesadaran kita bersama agar hal-hal yang terlihat pada foto ini tidak akan terjadi dan tidak akan kita lakukan lagi. Kebersihan itu adalah kesehatan, keindahan dan juga menunjukkan akan akhlak dan moral kita. Kebersihan akan meningkatkan citra dan martabat bangsa kita. Sampah yang dibuang disungai seperti dalam foto ini diambil disebauh sungai kecil yang melintasi jalan Hayam Wuruk Denpasar. Membuang sampah ke got membuat dasar got semakin dangkal. Jalan air pun mampet. Lebih parah lagi pada saat hujan akan mengakibatkan banjir.

Jumat, Maret 01, 2013

MANFAATKAN KEKURANGAN SEBAGAI KEKUATAN

Banyak diantara kita selalu mengeluh jika dilahirkan kedunia ini dengan kekurangan. Mislanya miskin, wajah kurang tampan/cantik dsbnya. Kita kurang bisa bersyukur atas keadaan ini dan selalu mengeluh dan tidak puas. Bahkan tidak sedikit yang kemudian melakukan protes kepada Yang Maha Kuasa karena hal ini dianggap tidak adli. Baik terang-terang diucapkan maupun hanya dalam hati. Manusia adalah makhluk hidup paling sempurna yang diciptakan Tuhan. Ia punya akal budi yang mana makhluk hidup lainnya tidak diberikanNYA. Karena mempunyai akal budi maka seharusnya dimanfaatkan dengan baik dan bukannya mengeluh putus asa serta menyalahkan ke “atas”, samping kiri dan kanan atau sekelilingnya. Menurut Tukul Arwana, “Manfaatkan kekuranganmu sebagai kelebihanmu”. Kira-kira seperti itu yang selalu beliau sampaikan dengan nada guyon. Namun sebenarnya hal ini bukanlah guyonan karena beliau telah menerapkannya dan hasilnya……sukses luar biasa! Bahkan dengan kekurangan beliau yaitu secara (maaf) facenya jauh dari yang dapat disebut lelaki tampan, tapi tidak dijadikan keluhan oleh beliau tapi justru kekurangtampanan beliau malah diberdayakan sedemikian rupa sehingga menghasilkan uang berjuta-juta. Kekurangtampanan bahkan dengan bahasa Inggris dan asing lainnya yang beliau ucapkan dengan “belepotan” eh malah menjadi komoditi yang menghasilkan uang jutaan rupiah. Konon beliau adalah salah satu host termahal di Indonesia. Nah, itulah contoh dimana kekurangan tidak selalu berarti suatu “bencana”. Asal manusia menggunakan akal budi yang dimiliki itu untuk dimanfaatkan sedemikian rupa pada akhirnya kekurangan tersebut bukanlah suatu noda atau kecacatan yang mesti disikapi dengan keluh kesah tapi malah dapat mendatangkan keceriaan serta kebahagiaan seperti dalam hal ini dicontohkan kepada Tukul Arwana. Apa yang dilakukan oleh Tukul Arwana bahkan bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi justru berimbas kepada orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung karena beliau seorang muslim maka rejeki yang beliau peroleh selalu sedikit disishkan kepada kaum duafa dan fakir miskin, secara tidak langsung dimana acara beliau “Bukan Empat Mata” sangat menghibur dan membuat ribuan orang tertawa ngakak saking lucunya. Bukankah menghibur dan membuat orang-orang ceria juga bagian dari sedekah? Maksudnya sedekah batin. Ada sebuah contoh lagi untuk perihal memanfaatkan kekurangan sebagai keunggulan. Alkisah, ada tiga orang bersaudara. Ketiganya adalah laki-laki. Diantara ketiga bersaudara ini, yang paling bungsu paling pendiam. Si bungsu ini selalu mengalah dan menerima saja dibandingkan kakak-kakaknya. Umpama saja sebagai contoh, kalau orang tuanya datang dari bepergian jauh, bila membawa oleh-oleh maka kedua kakaknya ini selalu bertengkar dalam memilih oleh-oleh tersebut. Nah setelah kedua kakaknya ini puas memilih oleh-oleh itu sesuai keinginan mereka, barulah sisa-sisa pilhan tersebut untuk si bungsu. Demikian terus-menerus hingga kini mereka sudah pada dewasa bahka sudah berhasil menuntaskan pendidikan kesarjanaannya (S1). Suatu hari ketiga bersaudara ini dipanggil oleh orang tuanya. Ohya, mereka belum diberi nama. Yang pertama namanya Oka, yang kedua Oki, dan yang ketiga Oke (pas ya karena yang ketiga ini orangnya selalu menerima dan mengalah dan kalau dibahasakan ya Oke Oke aja). Rupanya mereka akan diberikan warisan berupa tanah. Luas tanah yang diwarisi ini seluas 40 are. Awalnya kedua ortu (Ayah-Ibu) mereka membaginya seperti ini: Oka diberi 15 are, Oki 13 are dan Oke 12 are. Seperti sudah diduga, maka terjadi perdebatan sengit karena saudara yang pertama dan kedua tidak terima pembagian ini. Sementara si Oke malah tenang-tenang saja sedikitpun tidak memperlihatkan watak yang serakah. Akhirnya pembagiannya menjadi seperti ini: Oka 16 are, Oki 15 are dan Oke 9 are. Yang pertama dan yang kedua dari tiga bersaudara ini cukup puas dengan pembagian ini. Sementara si Oke yang selalu mengalah dan nerima aja juga menerima pembagian seperti ini. Tidak hanya ini saja, kedua kakak-kakaknya memilih sendiri posisi tanahnya. Dimana yang pertama dan kedua mendapat tanah yang datar, akan tetapi si bungsu malah mendapat tanah yang posisinya miring, terjal dan bertebing serta ditepi jurang pula. Anehnya malah si Oke malah ya Oke Oke aja. Eh, sudah paling sedikit malah posisi tanahnya bagi kebanyakan orang malah tidak bagus karena selain posisinya miring, ada jurangnya juga berbukit-bukit alias tidak datar. Namun demikian, meski kondisi serta posisi tanahnya menurut anggapan umum jelek terutama untuk di bangun rumah, tapi tidak demikian halnya dengan si Oke. Dengan kebersihan batinnya yang selalu nerima aja, ia kemudian manfaatkan kekurangan bentuk tanahnya itu untuk dieksploitasi menjadi suatu kelebihan dan keunggulan. Tanah yang bercekung jurang itu ia tidak urug, bahkan ia tidak ubah. Ia buatkan bangunan sedemikian rupa serta alami. Hasilnya sungguh luar biasa. Ia bangun bangunan yang sangat artistik. Misalnya di sebuah bukit yang mirip gunung kecil, dipuncaknya ia buat sebuah bangunan dengan atap sirap dan bangunannya berbahan kayu. Untuk menuju kesana, ia buatkan jembatan kayu yang juga sangat artistik. Demikian juga tebing-tebing yang lain ia isikan dengan bangunan yang artistik sedemikian rupa.tak lupa ia tambahkan taman-taman dengan pohon bunga-bunga serta tanaman hias lainnya. Hasilnya sungguh luar biasa. Bahkan Oki kemudian mengurus izin ke pemerintah dan menjadikan tempatnya ini sebuah villa. Banyaklah kemudian orang-orang kepincut dengan bangunan-bangunan yang artistik dan unik yang nemplok diatas bebukitan, nempel dibibir jurang dengan pemandangan yang unik sekali. Apalagi kemudian ia foto dan sebarkan via internet baik dengan facebook, blog, YouTube dsbnya. Semakin banyaklah yang tahu tentang bangunan unik ini. Villanya pun banyak dikunjungi tamu, baik tamu domestik bahkan tamu manca negara. Tentu saja kedua kakak-kakaknya sangat iri dengan adiknya yang paling bontot ini. Sedangkan si Oke malah semakin kaya saja karena villanya menjadi sangat laris disewa oleh tamu-tamu tersebut. Nah demikianlah beberapa contoh dalam bentuk ilustrasi mengenai MEMANFAATKAN KEKURANGAN MENJADI KEKUATAN. Jadi, tidak selamanya segala kekurangan itu adalah sesuatu yang mesti dikeluhkan. Sebagai manusia dimana kita dibekali akal budi oleh Tuhan Sang Pencipta, sudah semesti akal budi itu digunakan sedemikan rupa. Bukannya mengeluh dan pesimistis sambil melakukan protes bahwa nasibnya tidak adil dsbnya. Tapi justru hal ini seharusnya dijadikan sebagai suatu tantangan untuk bangkit bahkan dijadikan sebagai kekuatan yang menguntungkan.Dua contoh diatas yaitu Mas Tukul Arwana dan Si Oke hanyalah sebuah contoh sebagai ilustrasi bahwa tidak selamanya hal-hal yang dianggap kurang menguntungkan menurut pandangan umum akan menimbulkan sikap pesimistis, malah sebaliknya menjadi suatu kekuatan yang bahkan menguntungkan. Semoga tulisan sederhana ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua.

Jumat, Januari 25, 2013

DEWI SHINTA DAN KETERPIKATANNYA TERHADAP KIJANG EMAS

Siapa pun tidak dapat menyangkal bahwa kisah Ramayana adalah suatu kisah yang memiliki kualitas sastra yang sangat tinggi. Bagi kami umat Hindu, kisah Ramayana bukan saja sekedar karya sastra, namun sudah merambah kedalam ranah batiniah-niskala dan implementasi Ajaran Agama Hindu. Suatu kisah yang berhasil melintasi beberapa situasi zaman sejak dikisahkan oleh Rsi Walmiki berabad-abad yang silam. Banyak yang dapat diambil serta dipetik dari kisah Ramayana ini sebagai pelajaran dan bekal dalam kehidupan juga penuntun hidup kita ini. Dibalik makna kisah Ramayana ini sebenarnyalah bersifat universal, artinya buka hanya untuk orang-orang yang memeluk Agama Hindu saja. Ada yang mengambil kesetiaan Dewi Shinta sebagai sudut pandang. Ada juga perjuangan Sri Rama Sebagai suami yang mencintai istrinya juga memperjuangkan haknya yang dirampas orang lain. Namun ada juga yang mengambil cerita dari sudut pandang manusiawi pada diri Rahwana yang mencintai perempuan cantik jelita meski itu adalah istri orang lain. Bagaimana pun bentuk dan jenis dalam mengekspresikan kisah ini, tetap saja faktanya adalah, betapa kemudian, Ramayana ambil bagian dalam seni dan budaya sastra serta pertunjukkan di dunia, tak juga ketinggalan adalah di Indonesia. Kata Ramayana berasal dari bahasa Sansekerta yakni ‘RÄmãyaáĦa’. Kata ini merupakan gabungan dari dua suku kata yakni kata ‘RÄmã dan ‘AyaáĦa’ yang artinya Perjalanan Rama. Namun ada juga makna lain yakni Rama dan Yana. Rama sendiri dalam kepercayaan Hindu adalah salah satu dari Awatara. Awatara adalah Tuhan yang turun kedunia ini manakala kebatilan sudah merajalela dan sudah tidak mampu lagi diatasi oleh manusia. Sudah berkali-kali Tuhan turun kedunia ini saat kebatilan merajalela. Hal ini seperti termaktub dalam sloka Bhagawad Gita 4.7-8 : “Yadã yadã hi dharmasya glãnir bhavati bhãrata abhyutthãnam adharmasya tadãtmanam srjãmy aham paritrãnãya sãdhunãm vinãśãya ca duskrtãm dharma samsthãpanarthãya sambavãmi yuge yuge”. artinya : Manakala kebenaran merosot dan kejahatan merajalela, pada saat itulah Aku akan turun menjelma ke dunia, wahai keturunan Bharata (Arjuna). Untuk menyelamatkan orang-orang saleh dan membinasakan orang-orang jahat dan menegakkan kembali kebenaran, Aku sendiri telah menjelma dari zaman ke zaman. Awatara yang turun kedunia ini Ada Matsya Awatara, Narasimha Awatara, Paramasurama Awatara, dan setelah Rama adalah Sri Kresna pada zaman Mahabarata. Yana sendiri artinya Tuhan. Jadi, mengisahkan tentang Tuhan yang turun kedunia ini sebagai Awatara untuk memberantas kejahatan mengambil bentuk rupa hewan serta manusia (dalam penggambaran saat Tuhan turun ke dunia dari zaman ke zaman ini, disini nampaknya ada hukum evolusi makhluk hudup. Diawali dalam bentuk Hewan Matsya Awatara berwujud Ikan atau sepenuhnya makhluk yang hidup di air, kemudian berupa kura-kura raksasa (Kurma Awatara) yang dapat hidup di air dan darat. Kemudian pada masa berikutnya semakin sempurna yakni antara hewan dan manusia yakni Narasimha Murti berwujud manusia berkepala singa. Berikutnya semakin sempurna yakni manusia seutuhnya seperti Parasurama, Rama dan Krisna. Penggambaran ini merupakan simbul bahwa bukankah menurut ilmu pengetahuan modern awalnya hewanlah yang muncul di bumi. Seiring dengan perkembangan jagat raya semakin meningkat sehingga dihuni manusia). Baiklah kita kembali pada kisah Ramayana ini. Seperti telah diuraikan diatas, berbagai hal dapat dipetik dan dijadikan pelajaran hidup dalam kisah Ramayana ini. Oleh karena itu saya juga akan mengambil salah satu sudut pandang dalam kisah Ramayana ini dan menginterpretasikannya serta menguraikannya dalam tulisan ini dan juga merupakan suatu implementasi pada kehidupan masa kini. Terutama sekali saat Sri Rama, Dewi Shinta, dan Laksamana berada di dalam hutan. Saat itu khususnya Dewi Shinta sudah menjadi target penculikan dari Rahwana sang Raja Alengka karena ia menganggap Shinta reinkarnasi Dewi Banowati perempuan jelita pujaan hatinya. Rahwana menyuruh Marica patih setianya malih rupa menjadi kijang Emas. Singkat cerita, jadilah sang patih andalan Rahwana ini seekor kijang emas. Melihat seekor Kijang Emas, alangkah terpikatnya hati Dewi Shinta. Beliau ingin memilikinya, maka ia mohon kepada suaminya Sang Rama untuk menangkapnya. Sri Rama pun menyanggupinya demi rasa cintanya kepada sang Istri. Beliau memburu kijang itu masuk kedalam hutan. Namun kijang itu lincah sekali. Nampaknya si Kijang yang merupakan siluman dari Marica yang sengaja menjebak agar Sri Rama semakin menjauh dari Dewi Shinta dan Laksamana. Sementara itu Dewi Shinta semakin resah dan khawatir saja karena sudah lama suaminya tidak juga kembali. Maka beliau memerintahkan adik iparnya yakni Laksamana untuk mencari Sri Rama. “Tapi kak, kan saya disuruh menjaga kakak disini” bantah Laksamana. Tapi saking khawatirnya akan keselamatan sang suami, Shinta memaksa adik iparnya itu agar pergi mencari suaminya. Sempat terjadi perdebatan dan bersitegang antara keduanya. Namun akhirnya Laksamana mengalah. “Baiklah kak, kalau kakak memaksa. Namun sebagai gantinya, saya akan membuat suatu lingkaran untuk memproteksi agar tiada satu pun makhluk hidup yang mampu memasuki areal dimana kakak berada. Dengan catatan, kakak jangan keluar dari lingkaran ini” kata Laksamana mengingatkan. Shinta mengiyakan, Laksamana pun mengucapkan mantra-mantra. Dengan lingkaran yang dimantrai ini jangan harap makhluk apapun tidak akan dapat memasuki lingkaran tersebut tanpa mengetahui “passwordnya”. Setelah itu, Laksmana pun pergi mencari Kakaknya Sri Rama. Laksamana pun ternyata perginya juga lama banget. Shinta mulai resah dan cemas akan keselamatan suami dan iparnya. Pada saat hatinya bimbang itulah datang Rahwana dan ingin melarikan Dewi Shinta. Namun tubuhnya tersengat oleh lapisan sinar laser sehingga ia berteriak kesakitan. Tubuhnya melepuh terluka gosong. Ia pun melarikan diri. Namun ternyata Rahwana tidak mau menyerah. Memang kalau orang sudah tergila-gila terhadap sesuatu maka segala cara dihalalkan. Rahwana pun malih rupa menjadi orang tua dekil yang miskin serta sakit-sakitan dan perlu dikasihani. Hati Dewi Shinta yang berhati mulia serta welas asih itu jadi tersentuh. Memang Rahwana pandai sekali mencari titik lemah Dewi Shinta yakni sentuhlah hatinya yang paling dalam sebagaimana syair lagunya Ary Lasso. Sempat terjadi pertentangan batin dalam lubuk hati Dewi Shinta saat ingin menolong si orang tua dekil miskin itu. Disatu sisi hatinya menolak mengingat pesan Laksamana sebelum pergi meninggalkannya tadi. Namun ia juga tidak dapat menipu hati nuraninya yang welas asih yang suka membantu orang lain. Namun akhirnya, ia lebih memilih menolong orang tua kumuh itu dan menuruti rasa welas asihnya. Rahwana pun tertawa terbahak-bahak menang oleh siasatnya dan Shinta terlambat menyadarinya. Namun nasi sudah menjadi bubur, ia pun berhasil di culik oleh Rahwana dan dilarikan. Nah apa makna dari sesi ini dalam kisah Ramayana ini? Shinta adalah lambang kecantikan sempurna seorang wanita. Sebagai wanita yang sangat cantik maka banyak cowok ingin mengincarnya. Baik untuk dijadikan istri maupun sekedar untuk menyalurkan gairah berahinya yang tak terbendung. Dan hal-hal seperti ini masih saja terjadi sepanjang zaman. Mengapa? Ya selain adanya manusia-manusia yang beriman dan hidup lurus sesuai ajaran Agamanya, juga tidak sedikit manusia yang beriman lemah menuruti segala nafsu keinginannya. Pengertian iman lemah dalam konteks ini bukan saja tentang akan ketertarikan terhadap wanita cantik oleh dorongan libidonya, tapi juga harta benda duniawi. Bukankah harta benda dunia sama glamournya dengan wanita cantik? Dan banyak yang menginginkannya? Ya kalau caranya halal dan benar untuk medapatkannya, tapi tidak sedikit yang memperolehnya dengan cara-cara yang haram dan tidak sesuai dengan ajaran Agama. Maka terjadilah pelanggar-pelanggaran seperti korupsi, pemerkosaan dsbnya. Itu dari sisi lelaki yang tidak beriman. Dari sisi wanita, hati-hati menjadi wanita cantik karena Anda diincar para cowok. Ya kalau yang baik dan bermoral seperti Sri Rama maka patut disyukuri, tapi banyak juga yang seperti Rahwana. Seperti dikisahkan diatas, para wanita cantik tidak sedikit yang terpikat oleh glamournya Kijang Emas. Kijang Emas juga dapat disimbulkan sebagai harta benda duniawi. Kalau zamannya Ramayana Kijang Emas, maka zaman sekarang mobil Kijang Super dan mobil mewah kali ya he he. Kegandrungan akan Kijang Emas (harta Benda Duniawi) yang tak tertahankan membuat seorang wanita cantik menjadi gelap mata ingin memilikinya. Maka tak jarang si suami dirayu untuk mendapatkannya. Disinilah, tidak sedikit suami yang saking mencintai istrinya akan berusaha mencari dan memburunya dengan segala upaya. Bisa saja dalam perburuan Kijang Emas alias harta benda ini suami sampai tersesat jauh hingga memasuki hutan larangan yakni sampai melanggar hukum seperti misalnya…korupsi. Juga kegandrungan akan harta benda duniawi akan membuat seorang wanita cantik akan keluar dari lingkaran Tata Susila keagamaan sehingga terjebak oleh nafsu bejat seorang cowok tidak bermoral. Cowok tidak bermoral ini mengetahui akan kelemahan si wanita cantik ini kemudian memanfaatkan sisi ini untuk merayu dan mengiming-imingi sang perempuan cantik dengan berbagai suguhan harta benda sehingga mabuk kepayanglah ia. Kalau sudah mabuk dan lupa daratan, apapun keinginan si cowok bejat seperti dilukiskan dalam wataknya Rahwana ini akan diikuti oleh si perempuan cantik. Nah ini yang saya tangkap dalam sisi kecil pada kisah Ramayana ini. Semoga dapat dijadikan pelajaran bagi kaum hawa agar lebih hati-hati, eling lan waspada dalam melangkahkan kakinya pada kehidupan yang kian rumit dan keras ini. Coba aja, Dewi Shinta yang disimbulkan sebagai wanita sempurna baik fisik maupun moral sampai terpikat oleh eloknya Kijang Emas serta akal bulus cowok bangoran seperi Rahwana yang menghalalkan segala cara untuk memikatnya. Manusia hidup di dunia ini memang membutuhkan harta benda, namun kalau terlalu berlebihan sampai melupakan harga diri untuk mendapatkannya, jelas suatu hal yang tidak baik. Apa saja kalau terlalu berlebih-lebihan akan berakibat tidak baik. Oleh karena itu, perlu mawas diri dan mampu mengendalikan hawa nafsu keduniawiannya sehingga tidak gampang diperbudak. Saudara-saudara yang saya muliakan, tulisan ini hanyalah tafsiran saya aja dari potongan kisah Ramayana saat Dewi Shinta terpikat oleh Kijang Emas. Kalau ada manfaatnya silahkan dipakai, kalau tidak ya anggap saja sekedar tulisan iseng-iseng.