Sabtu, September 15, 2012

KELIRUMOLOGISME DAN KEKELIRUAN YANG BERDAMPAK POSITIF

Sufiks -isme berasal dari Yunani -ismos, Latin -ismus, Perancis Kuna -isme, dan Inggris -ism. Akhiran ini menandakan suatu faham atau ajaran atau kepercayaan. Beberapa agama yang bersumber kepada kepercayaan tertentu memiliki sufiks –isme (Wikipedia Bahasa Indonesia). Misalnya Buddhisme mereka yang beragama Buda, Taoisme dstnya. Ada juga Atheisme yaitu orang yang tidak percaya dengan keberadaan Tuhan dengan segala peran dalam kehidupan manusia dan alam semesta ini. Kelirumologisme? Apa pas ya disebut demikian kalau saya menulis tentang kelirumologi? Ah berlebihan ya? Tapi karena ini cenderung guyon yang mengarah ke ranah humor biarlah disebut kelirumologisme saja. (He he semoga tidak ada yang mengkritisi apalagi sampai didemontrasi bahkan disusupi provokator sehingga menimbulkan kerusuhan dimana-mana dengan mengorbankan harta bahkan….amit-amit nyawa!) Last but not least tulisan ini kan temanya kelirumologi, jadi kalau pun keliru eh malah kebetulan lagi. Kita lanjut, sufiks isme pada istilah kelirumologi disini jangan dipikirkan terlalu serius bahwa saya ini berpahaman keliru ha ha ha (biar tampang saya saja yang keliru). Ah sudahlah jangan serius-seriusan ah. Kita beringan-ringan saja. Seperti sudah saya tulis dalam catatan saya sebelumnya tentang Kelirumologi bahwa yang dimaksud Kelirumologi adalah istilah humoris untuk merujuk kepada beberapa kekeliruan logika dalam pembentukan frasa dan kata yang sudah terlalu sering dipakai pengguna Bahasa Indonesia sehingga dianggap benar. Hal ini berhubungan langsung dengan keliru. Dalam kenyataannya sehari-hari bukan sekedar istilah saja tapi dalam prilaku juga terjadi kekeliruan yang karena terbiasa dilakukan pada akhirnya mentradisi menjadi sesuatu prilaku yang dianggap “benar”. Konon pada zaman dahulu kala ada suatu paham yang beranggapan bahwa bumi ini datar. Pada sudut-sudut tertentu ada tiang-tiang yang menyangga lagit ini. Pada zaman itu kalau ada manusia yang beranggapan lain dari itu bisa dihukum berat bahkan dihukum mati! Namun seiring dengan meningkatnya pengetahuan manusia yang berimbas pada kemajuan teknologi akhirnya manusia mengetahui dan dapat membuktikan bahwa ternyata bumi ini bulat ! Beberapa tahun yang silam saya mempunya teman kerja sekantor (kini beliau sudah pindah kerja ke kantor lain di kabupaten lain dan kabar terakhir beliau sudah pensiun). Pada suatu hari beliau curhat ke saya, “Pak Agung, kemarin saya masuk-keluar toko sepanjang Jalan Sulawesi. Tapi, satu pun dari toko-toko itu tidak ada yang menjual kain blue jean putih! Yang terjadi malah penjaga tokonya bengong kayak kebo”. Saya tidak dapat menahan rasa geli saya yang mengaduk-aduk perut ini. Bagaimana tidak? Beliau menyampaikan masalahnya dengan begitu lugu apa adanya. “Ialah Pak Wayan, mana ada toko yang menjual blue jean putih? Sudah Blue (biru) eh pakai putih lagi. Temitis (reinkarnasi) lagi 100 kali pun Pak tidak akan ketemu! Tentu saja pedagangnya bengong seperti kebo. Rasanya kebo juga ga ngerti!” kata saya. Setelah saya jelaskan beliau akhirnya mengerti dan malah ikut tertawa geli! Beberapa penulis yang menulis tentang kelirumologi mengatakan bahwa kekeliruan manusia dalam berprilaku dan bertindak tidak selalu berdampak negatif. Bahkan beberapa diantaranya malah menguntungkan serta menjadi suatu rahmat! Disuatu Desa hiduplah seorang pemuda. Pemuda ini tidak perlu saya sebutkan namanya. Ia sudah bertahun-tahun menderita suatu penyakit. Berbagai upaya ia dan keluarganya lakukan untuk mengubati penyakit ini agar sembuh. Mulai dari dokter dari berbagai rumah sakit baik dalam negeri bahkan luar negeri. Namun tidak juga sembuh-sembuh. Bahkan kemudian juga berobat ke berbagai tabib, dukun, paranormal dan “orang pintar” lainnya, namun juga tidak sembuh-sembuh. Ia sudah putus asa, bahkan saking putus asanya suatu hari pada puncak perasaan prustasinya, ia meminum urinenya (urine=air kencing). Diluar dugaan ternyata beberapa hari kemudian penyakitnya pun sembuh total! Kisah nyata dari suatu tindakan dan prilaku yang dianggap keliru oleh sebagian masyarakat terutama dari kalangan intelektual dan yang berpikiran mengutamakan logika adalah kasus “Batu Sakti” nya Ponari asal Megaluh Jombang Jawa Timur ini. “Dukun Cilik” yang fenomenal dan menggemparkan Indonesia beberapa tahun silam itu dari sudut pandang tertentu dapat juga dimasukkan ke ranah kelirumologi. Suatu hari Ponori bermain hujan-hujanan di halaman terbuka. Tiba-tiba petir menyambar ke arahnya. Ponori merasakan kepalanya seperti terhantam benda keras berupa batu sebesar kepalan tangan. Disusul kemudian ia merasakan sekujur tubuhnya dijalari rasa panas. Sesaat kemudia ia melihat sebuah batu sebesar kepalan tangan berwarna merah. Batu itu ia pungut dan dibawanya ke rumah. Mbok Legi nenek Ponari membuang batu tersebut ke semak-semak jauh dari rumahnya. Tapi aneh, ketika si nenek kembali ke rumahnya ternyata batu tersebut sudah kembali ditempatnya semula. Suatu hari salah seorang tetangga Ponari menderita sakit panas disertai muntah-muntah. Ponari mendatangi tetangganya itu sambil membawa “Batu Sakti” nya. Ia celupkan batu itu kedalam gelas berisi air lalu air itu ia berikan kepada si sakit. Aneh bin ajaib, si tetangga pun segera sembuh setelah meminum air tsb. Kesembuhan tetangganya oleh batunya Ponari itu dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut sampai jauh ke daerah lain. Apalagi berbagai media massa memberitakan kejadian ini, dalam waktu singkat Ponari pun menjadi terkenal keantero tanah air bahkan manca Negara sebagai Dukun Cilik. Banyaklah pasien yang sudah menderita penyakit tahunan dan berobat kemana-mana namun belum juga sembuh kemudian datang ke Ponari. Jadi, tidak hanya mereka yang berpendidikan dan berwawasan rendah saja yang menguinjungi Ponari, bahkan orang-orang yang bangga dengan logika dan akal sehatnya pun pada berduyun-duyun mendatangi Ponari agar disembuhkan. Terlepas dari sisi logika karena tulisan ini tidak mengupas logika dukun cilik Ponari dengan batu saktinya itu, tapi menyangkut dari sudut pandang beberapa orang bahwa prilaku keliru para pasien namun (katanya) berhasil sembuh berkat minum obat air dari “batu sakti” milik Ponari. Kalau pun itu prilaku keliru akibat sugesti, namun betapapun juga kekeliruan ini membawa berkah dengan kesembuhan dari suatu penyakit yang diderita bertahun-tahun. Ponari pun mendadak kaya raya. Bahkan para tetangganya manjadi “pebisnis” dadakan. Ada yang menjual berbagai makanan terutama air mineral. Membuka jasa parkir dsbnya. Wah banyak yang diuntungkan dari suatu tindakan yang dianggap keliru ini. Nah, bukankah ini yang dapat disibut dengan kekeliruan yang berdampak positif? Ada yang penyakitnya sembuh, ada yang kaya mendadak (Ponari dan keluarga) dan kecipratan rejeki (para tetangganya Ponari yang berjualan dan jadi tukang parkir dsbnya) Why not? Ah membahas kekeliruan atau sesuatu yang dianggap keliru dalam hidup ini tentu tak habis-habisnya bukan?

Tidak ada komentar: