Selasa, Juli 14, 2009

CURAHAN HATI SEORANG PNS BAG. 2

DESIPLIN

Suatu siang dikantorku kedatangan seorang SPG (Sales Promotion Girl). SPG ini sebenarnya sudah beberapa kali ke kantorku. Mungking dagangan yang dibeli pada kunjungan sebelumnya masih utuh, maka teman-temanku tidak ada lagi yang berminat membeli. Lagian barang-barang yang diwarkan ya jenis-jenis itu saja seperti obat urut, madu, obat luka dari produk perusahaan yang sama.

Hanya karena kasihan saja, aku sudah 2 kali membeli produk yang sama. SPG itu penampilannya agak kumuh, salah satu panca indranya buta. Rambutnya rada awut-awutan, sekujur tubuh berkeringat, pakaian lusuh yah penampilan yang kurang segarlah. Aku memaklumi ini karena SPG ini harus berjalan keliling dari rumah ke rumah, dari kantor satu ke kantor lainnya hingga sampailiah ke kantorku.

Membandingkan dengan SPG itu, aku sering bersyukur karena Tuhan memberkahiku menjadi sorang PNS.

Sebagai PNS, tentu aku tidak ditargetkan untuk mengejar setoran seperti SPG itu. Yang penghasilannya dari persentase dari barang yang berhasil dijual.

Hm, sehari berapa ya dia mendapatkan penghasilan. Belum tentu barangnya laku karena sekarang banyak SPG-SPG yang penampilannya cantik dan sexy dengan berbagai gaya cara menawarkan barangnya batinku.

Belum lagi dia harus makan dan minum dan mungkin juga biaya transportasi. Berpikir seperti itu, sekali lagi aku mensyukuri tentang profesiku sebagai PNS. Dengan pikiran itulah aku berusaha tekun bekerja mengabdikan diri kepada nusa dan bangsa.

SPG yang ku ilustrasikan di atas hanyalah salah satu contoh saja. Masih banyak lagi orang-orang yang menjajakan berbagai produknya ke kantorku. Ada dagang pisau, dagang radio, dagang pakaian dsbnya. Mereka begitu enjoy masuk ke dalam kantorku karena di pintu tidak ada papan larangan. Di kantor lain akan ada tulisan : “MAAF KAMI TIDAK MEMBERI SUMBANGAN”, atau “PARA PEDAGANG DILARANG MASUK” dsbnya.

Kembali ke pokok persoalan. Bercermin dari upaya para pedagang asongan tersebut sekali lagi aku bersyukur menjadi PNS oleh karena itu aku menjalankan tugasku sebaik dan sedisiplin mungkin. Mulai dengan bekerja jam 07.00 sampai jam pulang jam 15.30 (bahkan aku sering masih di kantor sampai jam 17.00 bahkan lewat tentu saja menyelesaikan tugas-tugas kantorku).

Namun yang membuatku sedih ternyata masih banyak yang tidak dapat mensyukuri diri menjadi PNS. Kadangkala aku dan ada seorang temanku seperti aku, kita berdua saja yang masih di kantor sampai jam pulang yakni jam 15.30. Sedangkan rekan-rekan yang lainnya mungkin sudah pada ngorok atau mungkin juga sedang menjalankan bisnisnya di luar profesi PNSnya.

Tidak saja pulang mendahului, masuk kerja pun lebih siangan. Ada yang masuk kerja sudah jam 09.00 bahkan ada yang jam 11.00 lagi. Padahal rumah mereka ada yang hanya berjarak 500 meter saja dari kantor kami. Kemudian pulang mendahului dari jam kerja yang sudah ditentukan pemerintah yakni jam 15.30. Ah, betul-betul sikap mental yang tidak terpuji. Bagaimana bangsa ini bisa maju kalau abdi negaranya seperti ini?

Aku pernah lihat berita di sebiah stasiun televisi tentang penerimaan PNS.
Sebuah instansi pemerintah membuka lowongan PNS. Calon PNS yang di butuhkan hanya beberapa orang saja, tapi yang melamar sampai ribuan orang. Dalam memasukkan lamaran terjadilah antrean yang maha panjang buanget. Karena banyaknya pelamar, maka waktu penerimaan lamarannya pun sampai sore.

Yang membuat aku geleng-geleng kepala adalah, beberapa pelamar malah ada yang sampai buka tenda dan menginap di halaman instansi bersangkutan. Dan ke esokan harinya masih subuh sekitar jam 4 pagi beberapa diantaranya sudah ada yang berdiri di depan loket tempat memasukkan lamaran.

Disini aku gambarkan seperti itu (dan ini memang kenyataan) karena betapa antusiasnya pelamar untuk melamar menjadi PNS. Dengan semangat melamar seperti itu, aku pikir kelak seandainya mereka diterima menjadi PNS, apa semangat seperti itu akan masih ada dalam dirinya?

Kalau aku melihat mentalitas PNS di sekitar tempat aku kerja, aku sering dibuat kecewa. Dari segi hak semangat yang sama yang diperlihatkan oleh pelamar PNS seperti yang kuilustrasikan diatas masih ada. Misalnya saja hak akan naik pangkat (dikantorku sebagian besar PNS nya adalah tenaga fungsional sehingga untuk naik pangkat mereka menggunakan system kredit seperti guru-guru sekolah formal).

Dalam menuntut haknya, mereka sangatlah bersemangat dan menggebu-gebu. Bila biasanya yang bersangkutan masuk kerja jam 09.00 bahkan jam 11.00, namun saat mengerjakan segala persiapan administrasinya, mereka dapat masuk kerja jam 06.30 pagi. Mereka akan ngotot dan berani mengorbankan waktunya sampai sore bahkan tak jarang sampai malam di kantor.
Itu hanyalah salah satu hak yang mereka tuntut demi kepentingannya sendiri. Hak-hak lainnya masih banyak seperti kenaikan gaji berkala, insentif dsbnya.

Namun tatkala saatnya mereka melaksanakan kewajibannya, disinilah kelihatan sikap mentalnya yang sangat berlawanan dengan sikap saat menuntut haknya, mengecawakan sekali. Ada yang malas-malasan, ada yang beralasan akan mengantar/menjemput anaknya yang sekolah atau pulang sekolah, ada yang ini itu dsbnya. Yang jelas, mereka meninggalkan tugas pokoknya sebagai PNS dan lebih mementingkan tugas pribadinya. Jadi, apa artinya sumpah pegawai ketika mereka dilantik sebagai pegawai atau pejabat kalau mentalisanya hanya seperti itu?

Mengapa mereka tidak mampu memberi kontribusi yang seimbang (apalagi lebih) atas hak yang telah mereka terima? Bukanlah pemerintah sudah menaikkan gaji PNS? Memberikan insentif setiap bulan? Memberi gaji ke 13 setiap tahun? Dan berbagai tambahan diluar gaji yang sah sesuai dengan aturan pemerintah yang berlaku? Kok masih saja tidak bisa memberikan kontribusi yang baik kepada pemerinrtah dan Negara?

Lihatlah para SPG yang sudah di ilustrsikan pada awal tulisan ini? Mereka bekerja begitu berat untuk memperoleh sesuap nasi untuk keperluan keluarganya. Ingat juga saat-saat melamar menjadi PNS seperti terlukiskan diatas, mengapa kita tak sesemangat itu?
Demi menjalani profesi yang kita kejar sepeti diatas, seharusnya dalam melaksanakan pengabdian pun kita berani pasang tenda dan bermalam di kantor. Tapi ah sungguh mengecewakan.

Tapi apa yang kutulis sebagai curhatku ini bukan kutujukan kepada semua PNS. Tidak semua PNS seperti itu. Masih banyak yang baik dan jujur serta berdisiplin. Seperti pelajaran kearifan local warisan leluhur kita, bahwa di dunia ini selalu ada dua unsur yang bertentangan satu dengan lainnya. Ada baik ada buruk, ada siang ada malam, ada rajin ada malas dstnya.

Demikian hal nya dengan PNS. Ada yang rajin sudah tentu ada yang malas. Ada yang jujur ada yang tidak jujur dstnya. Marilah kita bersyukur, semoga dengan bersyukur atas kemurahanNya, bersyukur karena keadaan kita lebih baik dibandingkan para SPG dan pedagang acung ataupun profesi-profesi lain yang tidak senyaman profesi PNS, supaya kita segera sadar dan kemudian dapat bekerja dengan lebih baik dan berdisiplin.

Kututup saja curhatku ini dengan ucapan-ucapan bijak yang pernah kudengar : “JANGANLAH KAMU MELIHAT ORANG BERMOBIL KETIKA KAMU HANYA BERSEPEDA MOTOR. TAPI LIHATLAH MEREKA YANG BERSEPEDA GAYUNG. JANGANLAH KAMU MELIHAT ORANG YANG BERSEPEDA MOTOR TATKALA KAMU BERSEPEDA GAYUNG, TAPI LIHATLAH MEREKA YANG JALAN KAKI. JANGANLAH KAMU LIHAT ORANG YANG BERSEPEDA GAYUNG TATKALA KAMU BERJALAN KAKI. TAPI LIHATLAH MEREKA YANG CACAT TAK BERKAKI”.

Kusadari mutu tulisanku sangat rendah. Mungkin tak layak dikonsumsi oleh para cerdik pandai. Namun aku akan tetap menulis di blogku ini untuk menyalurkan uneg-uneggu. Kendati untuk itu aku menjadi bahan tertawaan ataupun olok-olokan. Sekian sampai Jumpa.

Tidak ada komentar: