Selasa, Desember 20, 2016

KELIRUMOLOGI 21 DESEMBER 2016

Istilah kelirumologi dikemukakan oleh Jaya Suprana. Awalnya saya menyangka ini adalah istilah guyonan, candaaan yang sifatnya hanya main-main. Kesimpulan saya ini muncul mengingat beliau adalah seorang yang humoris. Dari segi fisik saja beliau sudah menerbitkan rasa humor. Fisiknya mengingatkan saya patung Buda duduk bersila berkepala plontos, gemuk, bertubuh subur dan dalam posisi bersila seperti patung Buda itu nampak bulat. Patung kayu yang banyak kita jumpai di setiap Art Shop dan Toko Seni di Bali. Wajahnya selalu senyum ramah. Memang dalam kenyataannya, beliau adalah seorang humoris. Beliau orang yang multi talenta dan banyak mempunyai kelebihan. Seperti memiliki kemampuan bermusik, pelukis, kartunis, penulis, bahkan sebagai presenter dalam acara Talk Shor di televisi, dan banyak lagi. Beliau adalah seorang budayawan besar Indonesia. Tokoh masyarakat yang disegani dan teman akrabnya Gus Dur. Baik Gus Dur dan Jaya Suprana orangnya sama-sama humoris. Meski bukan pelawak, saya yakin kalau beliau melawak atau ber stand up komedy pasti lucu dan cerdas. Beliau sangat kreatif. Saya masih ingat sewaktu masih SD di era 70 an, masa itu tentu hiburan tidak sebanyak sekarang. Bagi orang miskin seperti saya, paling beruntung kalau ada perusahan rokok dsbnya datang ke desa saya lalu sambil memutar film misbar. Dan pada masa itu, Jamu Jago Semarang jualan jamu keliling dari desa ke desa hinga sampai ke desa saya. Memakai mobil box dengan warna loreng kotak-kotak warna-warni. Di atap mobil box ada beberapa orang kate yang menari-nari. Sungguh sangat menghibur. Belakangan baru saya tahu kalau Jamu Jago semarang tersebut milik Jaya Suprana. Jadi semakin lengkap profesi beliau karena selain yang saya sebutkan dia atas ternyata beliau juga seorang pengusaha besar punya pabrik Jamu yang bernama Jamu Jago dari Semarang Jateng. Beliau tidak pernah berhenti berkreasi, belakangan beliau membuat lembaga yang bernama MURI alias Museum Record Indonesia! Yang memberi legitimasi terhadap berbagai kegiatan yang spektakuler memecahkan rekor. Baik rekor menyangkut jumlah, ukuran, keunikan dan sebagainya. Seperti membuat roti bolu terpanjang di dunia, manusia tertinggi di dunia dan lain-lain. Pokoknya, kalau ada yang unik-unik dan aneh di Indonesia ini pastilah itu kerjaan beliau. Ketika masa SMA, saya suka baca koran kompas. Meski tidak berlangganan dan hanya beli eceran sesekali kalau ada yang menarik. Pada saat itulah saya membaca artikel beliau yang bertajuk “kerilumologi”. Sekali lagi, awalnya saya kira hanya guyonan kalau melihat judulnya saja dan belum membacanya tuntas. Namun setelah membaca dengan tuntas, ini artikel bukan membahas hal-hal yang sepele. Atau kelihatannya sepele tapi serius. Tulisannya pun termasuk rada ngepop dan tidak sulit untuk dipahami. Ringan nampaknya tapi jadi serius kalau direnungkan. Misalnya saja yang berkaitan dengan prilaku keliru di dalam kehidupan kita sehari-hari. Awalnya disadari keliru namun lama kelamaan mengkristal yang keliru itu dianggap benar. Sebagai contoh dalam prilaku kita keseharian. Kalau pulang kerja, saya sering melewati suatu jalan dimana jalan tersebut untuk satu jalur saja yakni dari arah utara ke selatan. Sedangkan kalau arah selatan ke utara sudah ada jalan lain tidak jauh dari jalur ini. Namun beberapa penduduk di kawasan jalan tersebut rupanya malas harus keliling yang dianggapnya jauh untuk menuju utara. Sehingga dengan nekad melawan harus ke utara dari arah selatan. Tentu saja yang melanggar ini adalah pengendara sepeda motor. Awal-awal pelanggaran ini, ada perasaan taku-takut dan cemas. Jangan-jangan ketemu polisi dan ditilang. Namun karena jarang ada rahasia Polisi di tempat ini dan pelanggar yang kena tilang atau sangsi hukum dari polisi, lama-kelamaan mengkristal dalam pikiran para pelanggar ini bahwa apa yang mereka lakukan itu benar. Andai kata suatu ketika ada yang menegur atau ditilang polisi atau lebih parah lagi terjadi kecelakaan, para pelanggar ini pasti tidak mau disalahkan. Mereka akan berdalih karena hal ini sudah biasa dan sudah terjadi sejak lama. Dan sekali lagi mereka menganggapnya benar! Nah itu suatu contoh tentang prilaku keliru yang dibenarkan karena kebiasaan. Tidak lucu bukan? Dan serius? Nampaknya sepele tapi ini hal yang serius! Kasus lain, misalnya para pendatang yang datang ke Jakarta. Mereka yang datang ke Jakarta itu terutama yang tidak punya keahlian apa-apa dan juga tidak punya tempat tinggal serta sanak saudara di sana. Atau....sanak saudaranya juga adalah pendatang liar. Di Jakarta mereka akhirnya tinggal di tempat-tempat kumuh dan tempat-tempat yang sebenarnya tidak layak ditempati serta berbahaya. Seperti dipinggir rel kereta api, di bantaran sungai dll. Semua tempat tersebut tentu milik pemerintah setempat dan dilarang untuk ditempati. Akan tetapi, karena pada kurun tertentu pada masa jabatan Gubernur tertentu tidak pernah ditertibkan secara serius, sehingga mereka tetap tinggap ditempat-tempat tersebut. Lama-kelamaan seiring kemampuan ekonominya meningkat, bangunan yang tadinya sederhana berupa bedeng lama kelamaan menjadi permanen. Suatu ketika, ketika ada pejabat yang tegas seperti Gubernur DKI Basuki Tjahaya Purnama atau A Hok yang tegas menggusur bangunan-bangunan tersebut, timbulah masalah. Mereka menuntut ganti rugi dan sebagainya. Padahal, mereka kan tinggal dan membangun di tanah negara. Sertifikat aja mereka tidak punya. Kini saat digusur malah marah-marah dan minta ganti rugi? Nah, ini adalah contoh prilaku yang keliru yang diistilahkan oleh Jaya Suprama “kelirumologi”. Masih banyak prilaku manusia yang keblinger dan kalau dibahas tidak akan habis-habisnya dalam konteks kelirumologi. Masih banyak lagi prilaku keliru yang dianggap benar dikarenakan kebiasaan hehehe!

Tidak ada komentar: