Jumat, Januari 25, 2013

DEWI SHINTA DAN KETERPIKATANNYA TERHADAP KIJANG EMAS

Siapa pun tidak dapat menyangkal bahwa kisah Ramayana adalah suatu kisah yang memiliki kualitas sastra yang sangat tinggi. Bagi kami umat Hindu, kisah Ramayana bukan saja sekedar karya sastra, namun sudah merambah kedalam ranah batiniah-niskala dan implementasi Ajaran Agama Hindu. Suatu kisah yang berhasil melintasi beberapa situasi zaman sejak dikisahkan oleh Rsi Walmiki berabad-abad yang silam. Banyak yang dapat diambil serta dipetik dari kisah Ramayana ini sebagai pelajaran dan bekal dalam kehidupan juga penuntun hidup kita ini. Dibalik makna kisah Ramayana ini sebenarnyalah bersifat universal, artinya buka hanya untuk orang-orang yang memeluk Agama Hindu saja. Ada yang mengambil kesetiaan Dewi Shinta sebagai sudut pandang. Ada juga perjuangan Sri Rama Sebagai suami yang mencintai istrinya juga memperjuangkan haknya yang dirampas orang lain. Namun ada juga yang mengambil cerita dari sudut pandang manusiawi pada diri Rahwana yang mencintai perempuan cantik jelita meski itu adalah istri orang lain. Bagaimana pun bentuk dan jenis dalam mengekspresikan kisah ini, tetap saja faktanya adalah, betapa kemudian, Ramayana ambil bagian dalam seni dan budaya sastra serta pertunjukkan di dunia, tak juga ketinggalan adalah di Indonesia. Kata Ramayana berasal dari bahasa Sansekerta yakni ‘RÄmãyaáĦa’. Kata ini merupakan gabungan dari dua suku kata yakni kata ‘RÄmã dan ‘AyaáĦa’ yang artinya Perjalanan Rama. Namun ada juga makna lain yakni Rama dan Yana. Rama sendiri dalam kepercayaan Hindu adalah salah satu dari Awatara. Awatara adalah Tuhan yang turun kedunia ini manakala kebatilan sudah merajalela dan sudah tidak mampu lagi diatasi oleh manusia. Sudah berkali-kali Tuhan turun kedunia ini saat kebatilan merajalela. Hal ini seperti termaktub dalam sloka Bhagawad Gita 4.7-8 : “Yadã yadã hi dharmasya glãnir bhavati bhãrata abhyutthãnam adharmasya tadãtmanam srjãmy aham paritrãnãya sãdhunãm vinãśãya ca duskrtãm dharma samsthãpanarthãya sambavãmi yuge yuge”. artinya : Manakala kebenaran merosot dan kejahatan merajalela, pada saat itulah Aku akan turun menjelma ke dunia, wahai keturunan Bharata (Arjuna). Untuk menyelamatkan orang-orang saleh dan membinasakan orang-orang jahat dan menegakkan kembali kebenaran, Aku sendiri telah menjelma dari zaman ke zaman. Awatara yang turun kedunia ini Ada Matsya Awatara, Narasimha Awatara, Paramasurama Awatara, dan setelah Rama adalah Sri Kresna pada zaman Mahabarata. Yana sendiri artinya Tuhan. Jadi, mengisahkan tentang Tuhan yang turun kedunia ini sebagai Awatara untuk memberantas kejahatan mengambil bentuk rupa hewan serta manusia (dalam penggambaran saat Tuhan turun ke dunia dari zaman ke zaman ini, disini nampaknya ada hukum evolusi makhluk hudup. Diawali dalam bentuk Hewan Matsya Awatara berwujud Ikan atau sepenuhnya makhluk yang hidup di air, kemudian berupa kura-kura raksasa (Kurma Awatara) yang dapat hidup di air dan darat. Kemudian pada masa berikutnya semakin sempurna yakni antara hewan dan manusia yakni Narasimha Murti berwujud manusia berkepala singa. Berikutnya semakin sempurna yakni manusia seutuhnya seperti Parasurama, Rama dan Krisna. Penggambaran ini merupakan simbul bahwa bukankah menurut ilmu pengetahuan modern awalnya hewanlah yang muncul di bumi. Seiring dengan perkembangan jagat raya semakin meningkat sehingga dihuni manusia). Baiklah kita kembali pada kisah Ramayana ini. Seperti telah diuraikan diatas, berbagai hal dapat dipetik dan dijadikan pelajaran hidup dalam kisah Ramayana ini. Oleh karena itu saya juga akan mengambil salah satu sudut pandang dalam kisah Ramayana ini dan menginterpretasikannya serta menguraikannya dalam tulisan ini dan juga merupakan suatu implementasi pada kehidupan masa kini. Terutama sekali saat Sri Rama, Dewi Shinta, dan Laksamana berada di dalam hutan. Saat itu khususnya Dewi Shinta sudah menjadi target penculikan dari Rahwana sang Raja Alengka karena ia menganggap Shinta reinkarnasi Dewi Banowati perempuan jelita pujaan hatinya. Rahwana menyuruh Marica patih setianya malih rupa menjadi kijang Emas. Singkat cerita, jadilah sang patih andalan Rahwana ini seekor kijang emas. Melihat seekor Kijang Emas, alangkah terpikatnya hati Dewi Shinta. Beliau ingin memilikinya, maka ia mohon kepada suaminya Sang Rama untuk menangkapnya. Sri Rama pun menyanggupinya demi rasa cintanya kepada sang Istri. Beliau memburu kijang itu masuk kedalam hutan. Namun kijang itu lincah sekali. Nampaknya si Kijang yang merupakan siluman dari Marica yang sengaja menjebak agar Sri Rama semakin menjauh dari Dewi Shinta dan Laksamana. Sementara itu Dewi Shinta semakin resah dan khawatir saja karena sudah lama suaminya tidak juga kembali. Maka beliau memerintahkan adik iparnya yakni Laksamana untuk mencari Sri Rama. “Tapi kak, kan saya disuruh menjaga kakak disini” bantah Laksamana. Tapi saking khawatirnya akan keselamatan sang suami, Shinta memaksa adik iparnya itu agar pergi mencari suaminya. Sempat terjadi perdebatan dan bersitegang antara keduanya. Namun akhirnya Laksamana mengalah. “Baiklah kak, kalau kakak memaksa. Namun sebagai gantinya, saya akan membuat suatu lingkaran untuk memproteksi agar tiada satu pun makhluk hidup yang mampu memasuki areal dimana kakak berada. Dengan catatan, kakak jangan keluar dari lingkaran ini” kata Laksamana mengingatkan. Shinta mengiyakan, Laksamana pun mengucapkan mantra-mantra. Dengan lingkaran yang dimantrai ini jangan harap makhluk apapun tidak akan dapat memasuki lingkaran tersebut tanpa mengetahui “passwordnya”. Setelah itu, Laksmana pun pergi mencari Kakaknya Sri Rama. Laksamana pun ternyata perginya juga lama banget. Shinta mulai resah dan cemas akan keselamatan suami dan iparnya. Pada saat hatinya bimbang itulah datang Rahwana dan ingin melarikan Dewi Shinta. Namun tubuhnya tersengat oleh lapisan sinar laser sehingga ia berteriak kesakitan. Tubuhnya melepuh terluka gosong. Ia pun melarikan diri. Namun ternyata Rahwana tidak mau menyerah. Memang kalau orang sudah tergila-gila terhadap sesuatu maka segala cara dihalalkan. Rahwana pun malih rupa menjadi orang tua dekil yang miskin serta sakit-sakitan dan perlu dikasihani. Hati Dewi Shinta yang berhati mulia serta welas asih itu jadi tersentuh. Memang Rahwana pandai sekali mencari titik lemah Dewi Shinta yakni sentuhlah hatinya yang paling dalam sebagaimana syair lagunya Ary Lasso. Sempat terjadi pertentangan batin dalam lubuk hati Dewi Shinta saat ingin menolong si orang tua dekil miskin itu. Disatu sisi hatinya menolak mengingat pesan Laksamana sebelum pergi meninggalkannya tadi. Namun ia juga tidak dapat menipu hati nuraninya yang welas asih yang suka membantu orang lain. Namun akhirnya, ia lebih memilih menolong orang tua kumuh itu dan menuruti rasa welas asihnya. Rahwana pun tertawa terbahak-bahak menang oleh siasatnya dan Shinta terlambat menyadarinya. Namun nasi sudah menjadi bubur, ia pun berhasil di culik oleh Rahwana dan dilarikan. Nah apa makna dari sesi ini dalam kisah Ramayana ini? Shinta adalah lambang kecantikan sempurna seorang wanita. Sebagai wanita yang sangat cantik maka banyak cowok ingin mengincarnya. Baik untuk dijadikan istri maupun sekedar untuk menyalurkan gairah berahinya yang tak terbendung. Dan hal-hal seperti ini masih saja terjadi sepanjang zaman. Mengapa? Ya selain adanya manusia-manusia yang beriman dan hidup lurus sesuai ajaran Agamanya, juga tidak sedikit manusia yang beriman lemah menuruti segala nafsu keinginannya. Pengertian iman lemah dalam konteks ini bukan saja tentang akan ketertarikan terhadap wanita cantik oleh dorongan libidonya, tapi juga harta benda duniawi. Bukankah harta benda dunia sama glamournya dengan wanita cantik? Dan banyak yang menginginkannya? Ya kalau caranya halal dan benar untuk medapatkannya, tapi tidak sedikit yang memperolehnya dengan cara-cara yang haram dan tidak sesuai dengan ajaran Agama. Maka terjadilah pelanggar-pelanggaran seperti korupsi, pemerkosaan dsbnya. Itu dari sisi lelaki yang tidak beriman. Dari sisi wanita, hati-hati menjadi wanita cantik karena Anda diincar para cowok. Ya kalau yang baik dan bermoral seperti Sri Rama maka patut disyukuri, tapi banyak juga yang seperti Rahwana. Seperti dikisahkan diatas, para wanita cantik tidak sedikit yang terpikat oleh glamournya Kijang Emas. Kijang Emas juga dapat disimbulkan sebagai harta benda duniawi. Kalau zamannya Ramayana Kijang Emas, maka zaman sekarang mobil Kijang Super dan mobil mewah kali ya he he. Kegandrungan akan Kijang Emas (harta Benda Duniawi) yang tak tertahankan membuat seorang wanita cantik menjadi gelap mata ingin memilikinya. Maka tak jarang si suami dirayu untuk mendapatkannya. Disinilah, tidak sedikit suami yang saking mencintai istrinya akan berusaha mencari dan memburunya dengan segala upaya. Bisa saja dalam perburuan Kijang Emas alias harta benda ini suami sampai tersesat jauh hingga memasuki hutan larangan yakni sampai melanggar hukum seperti misalnya…korupsi. Juga kegandrungan akan harta benda duniawi akan membuat seorang wanita cantik akan keluar dari lingkaran Tata Susila keagamaan sehingga terjebak oleh nafsu bejat seorang cowok tidak bermoral. Cowok tidak bermoral ini mengetahui akan kelemahan si wanita cantik ini kemudian memanfaatkan sisi ini untuk merayu dan mengiming-imingi sang perempuan cantik dengan berbagai suguhan harta benda sehingga mabuk kepayanglah ia. Kalau sudah mabuk dan lupa daratan, apapun keinginan si cowok bejat seperti dilukiskan dalam wataknya Rahwana ini akan diikuti oleh si perempuan cantik. Nah ini yang saya tangkap dalam sisi kecil pada kisah Ramayana ini. Semoga dapat dijadikan pelajaran bagi kaum hawa agar lebih hati-hati, eling lan waspada dalam melangkahkan kakinya pada kehidupan yang kian rumit dan keras ini. Coba aja, Dewi Shinta yang disimbulkan sebagai wanita sempurna baik fisik maupun moral sampai terpikat oleh eloknya Kijang Emas serta akal bulus cowok bangoran seperi Rahwana yang menghalalkan segala cara untuk memikatnya. Manusia hidup di dunia ini memang membutuhkan harta benda, namun kalau terlalu berlebihan sampai melupakan harga diri untuk mendapatkannya, jelas suatu hal yang tidak baik. Apa saja kalau terlalu berlebih-lebihan akan berakibat tidak baik. Oleh karena itu, perlu mawas diri dan mampu mengendalikan hawa nafsu keduniawiannya sehingga tidak gampang diperbudak. Saudara-saudara yang saya muliakan, tulisan ini hanyalah tafsiran saya aja dari potongan kisah Ramayana saat Dewi Shinta terpikat oleh Kijang Emas. Kalau ada manfaatnya silahkan dipakai, kalau tidak ya anggap saja sekedar tulisan iseng-iseng.