Selasa, November 10, 2009

BERSYUKUR


Dalam pembinaan dan pengarahannya kepada PNS di Kota Denpasar pada bulan Oktober dan Nopember 2009 ini dimana aku sudah 2 kali mengikutinya, Bapak Sekretaris Kota Denpasar A. A. Ngurah Rai Iswara mengatakan, hendaknyalah kita selalu bersyukur atas nikmat yang diberikanNYA karena kita berprofesi sebagai PNS.
Aku sangat setuju dan sepaham dengan pikiran beliau itu. Ini bukan bentuk penjilatan karena beliau adalah atasanku sebagai PNS di Pemkot ini. Hal ini jauh-jauh hari sudah aku tuangkan pada blogku yang berjudul “CURAHAN HATI SEORANG PNS 2” sebelum Bapak Sekretaris memberikan pengarahan seperti itu. .
Masih ribuan orang ingin menjadi PNS. Lihat saja pendaftaran penerimaan PNS di BKD Kota Denpasar dan juga tempat-tempat lainnya di negeri ini. PNS yang dibetuhkan hanya beberapa ratus orang (Denpasar mencari 400 orang), tapi lihatlah, para pelamar yang ikut mendaftar sudah mendekati 7000 orang (saat blog ini kutulis). Ini artinya, bahwa profesi PNS sangat diminati oleh masyarakat kita.
Sedangkan disisi lain, diantara PNS masih juga banyak yang kurang profesional dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tupoksinya. Mengapa? Ya, karena mereka tidak pernah bersyukur atas pekerjaan yang sudah mereka peroleh. Ada yang malas-malasan, ada yang mengeluh, mengomel, ada yang masuk kerja sudah siang dan pulang lebih dini dan sebagainya. Ada saja alasan para PNS yang tidak bisa bersyukur ini sebagai pembenaran atas prilakunya. Jobnya tidak sesuai dengan keahliannyalah, Instansi dimana yang bersangkutan dimutasi kurang berkenan di hatinyalah, dan sebagainya dan lain-lainnya.
Bahkan saya pernah mendengar kasak-kusuk diantara teman-temanku, bahwa seorang PNS yang dimutasi ke kantorku mengatakan bahwa ia kurang suka bekerja di tempatnya yang baru ini. Ia juga konon bilang bahwa semenjak dimutasi ke kantor ini pendapatannya menurun. Ia juga konon bilang dengan pongahnya bahwa ia hanya cukup beberapa bulan saja di tempat ini bekerja sesudah itu akan pindah dan akan mutasi ke sebuah Instansi (sambil menyebutkan sebuah Instansi yang dikenal “basah” dan di inginkan oleh banyak PNS). Kalau besik-bisik yang KONON itu sampai benar ada, aku cuma bisa geleng-geleng kepala saja sambil berbisik “Emang pemerintah ini milik Bapak Moyang lo? kok se enaknya saja mau pindah kesana-kemari sekehendak hatinya?”. Apa sudah lupa ya terhadap bunyi sumpah PNS yang diucapkan dibawah acungan kitab suci bahwa saya akan lebih mengutamakan tugas Negara dari pada kepentingan pribadi; siap ditempatkan dimana saja diseluruh wilayah Negara Republik Indonesia. Lha ditempatkan di Kota Denpasar yang notabene Kota Internasional karena menjadi tujuan utama wisatawan dunia dan juga notabene wilayahnya tidak begitu luas dan tidak ada wilayah yang terbelakang ini saja sudah mengeluh, apalagi kalau di tempatkan di pedalaman Irian Jaya atau Kalimantan, bisa-bisa mati dia.
Ironisnya, disisi lain masih banyak saudara kita yang nganggur, masih banyak yang ingin menjadi PNS, tapi toh diantara kita malah masih ada yang kurang bisa bersyukur. Masih mengeluh, meggerutu atau meminjam istilah Pak Sekot yakni mekapal Rusia “ngemig-mig”. “Kalau saudara-saudara masih saja “ngemig-mig”, silahkan saja membuat surat pengunduran diri dari PNS. Masih banyak dan ribuan orang yang mengantri dibelakang saudara ingin menjadi PNS”.
Ya, sebaiknya begitu ketimbang mengeluh, “ngemig-mig”, malas-malasan, dan berbagai bentuk prilaku sebagai wujud rasa kurang mensyukuri nikmatNYA. Kantorku yang satu atap dengan BKD Kota Denpasar, tahu betul kondisi para pelamar itu. Setiap hari aku disuguhi wajah-wajah penuh harap untuk dapat diterima menjadi PNS. Mungkin segala doa sudah dipanjatnya. Sudah ribuan personifikasi TUHAN disebutkan. Aku sangat trenyuh melihat mereka, sedih dan ingin menangis. Mereka harus antri panas-panasan, keringatan, belum makan-minum, kelelahan dan banyak lagi bentuk beban yang tergurat di wajah mereka yang tidak dapat aku lukiskan.
Sungguh akan sangat berdosa kita yang sudah mapan menjadi PNS malah kurang bersyukur dengan berbagai ekspresi ketidakpuasan dan sangat berlawanan dengan ekspresi anak-anak, adik-adik, dan saudara-saudara kita yang melamar PNS itu. Akan lebih baik saudara-saudaraku para PNS yang saat ini masih kurang dapat bersyukur untuk sekali waktu memantau penerimaan PNS di kota anda agar dapat mengambil pelajaran dan hikmah dari apa yang anda lihat disana. Dengan demkikian semoga saja hati anda tersentuh kemudian terjadi perubahan dalam diri anda untuk dapat bersyukur dan tentu yang terpenting dan signifikan adalah sikap mental yang selama ini kurang professional menjadi lebih profesional.
Blogku ini, sekali lagi aku sampaikan pada setiap tulisanku bukanlah kutulis untuk menggurui atau sok paling sudah menjalankan dan melaksanakan disiplin PNS, akan tetapi sebagai sesama PNS dan warga Negara yang baik adalah tidak salah kalau saling mengingatkan bukan? Kita ini menjadi PNS adalah sebagai abdi Negara dan bangsa. Bukan minta dilayani masyarakat tetapi melayani masyarakat. Gaji kita sebagai PNS di bayar oleh masyarakat. Oleh karena itu tunjukkanlah kepada masyarakat bahwa kita yang sudah mapan jadi PNS ini memang layak dipilih sebagai PNS. Kita patut menjaga citra PNS yang selama ini telah beredar dimasyarakat bahwa PNS itu santai, masuk siang pulang lebih dini. Di kantor baca Koran saja dan lain-lain dan lain sebagainya. Tentu malu rasanya citra kita seperti itu di masyarakat.
Bapak Sekot mengatakan, “Belajarlah saudara-saudara masuk kerja lebih pagi dari hari-hari sebelumnya. Jika biasanya ngantor jam 09.00, cobalah masuk kerja jam 08.30. dan setahap-demi setahap masuk kantor lebih dini lagi. Demikian pula yang biasanya pulang jam 13.00 hendaknya belajar pulang lebih sore dari hari-hari sebelumnya”.
Soal ijin tidak masuk kerja, beliau juga mengatakan tidak terlalu ketat dan penuh toleransi asal yang bersangkutan betul-betul membutuhkan ijin tersebut. Tentu toleransi itu kemudian jangan disalahgunakan, karena sekali saja orang berbohong maka ia akan melakukan kebohongan-kebongan berikutnya. Hal seperti ini kuamati memang sering terjadi. Toleransi yang diberikan oleh atasannya, sering disalah artikan dan kemudian disalahgunakan. Sehingga ada oknum PNS selalu saja ijin dengan alasan inilah, itulah. Kalau 1 minggu 5 hari kerja bagi PNS, apa masuk akal oknum bersangkutan hanya 2 hari kerja saja nongol di kantor sedangkan hari-hari lainnya selalu di isi dengan ijin dengan berbagai alasan, itu pun kehadirannya maksimal hanya sekitar 2 sampai 3 jam saja. Tentu hal ini sudah ada yang tidak beres bukan? Lagian, kewajibannya “boleh-boleh” saja, akan tetapi haknya kok diambil penuh? Kejadian ini paling menjolok kuamati tatkala Pemkot Denpasar mulai memberi uang lauk-pauk per bulan September tahun 2009 ini. Timbul keriuhan karena kitika pimpinan kami mengatakan bahwa uang lauk-pauk yang diberikan kepada para pegawainya berdasarkan kehadirannya sesuai dengan absen, ada juga yang tidak terima. Dan yang membuat aku geli dan tidak habis pikir, justru mereka yang malas-malas itu justru paling keras protesnya. Meski kehadirinnya di kantor paling sedikit (menurut absen dan itu memang kenyataan), tapi mereka minta dibayar penuh yakni kalau tidak salah dihitung 22 hari kerja.
Ah, benar apa yang disampaikan Pak Sekot, “Kewajibannya ga mau, tapi haknya mau”. Mental PNS yang seperti itu memang masih ada.
Kuakhiri tulisanku ini dengan ajakan kepada teman-teman PNS, marilah kita bersyukur karena kita sedah diberikan kesempatan menjadi PNS. Dengan menjadi PNS, kita dapat mengabdikan diri kepada nusa, bangsa, negara, dan masyarakat.