Minggu, September 06, 2009

MEDIA HANYALAH ALAT, BAIK BURUK TERGANTUNG MANUSIANYA

“Anak-anak jangan baca komik ya, komik itu tidak baik,” kata Ibu guru.

Kata-kata itu aku dengar waktu aku masih SD. Aku lupa, duduk dikelas berapa waktu itu..

Dirumah pun orang tuaku berucap senada. Kini setelah dewasa, larangan serupa pun aku dengar lagi, “Jangan ber Facebook, Facebook itu haram!”.

Namun karena aku sudah kecanduan, aku masih membacanya sembunyi-sembunyi. Atau pura-pura belajar, tetapi komiknya aku selipkan di tengah-tengah buku pelajaran.

Aku paham maksud orang-orang tua itu. Larangan itu bermaksud baik, tapi karena penyampaiannya sepotong-sepotong maka dapat menimbulkan salah pengertian.

Komik dan Facebook hanyalah sebuah media. Media itu hanya wadah, hanya alat. Alat untuk menyampaikan pesan dan informasi tentang sesuatu. Komik misalnya, media untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Pesan disini adalah pesan tertulis. Bisa berupa cerita, legenda, hikayat dan sejenisnya. Pesan dari penulisnya atau pengarangnya kepada orang lain yang berminat dalam hal ini para penggemar cerita, kisah, legenda, hikayat dan sejenisnya itu.

Jadi sekali lagi, komik hanyalah sebuah media atau alat. Apakah sebagai media atau alat informasi komik dapat dibilang buruk? Kalau menurutku sih bukan komiknya yang baik atau buruk. Tetapi pesan-pesan yang disampikan dalam komik itulah yang baik atau buruk.

Kalau dianalogikan ke pisau, apakah pisau itu baik atau burukkah? Ya, tergantung siapa yang memegang pisau itu. Kalau yang pegang pisau orang yang normal, maka pisau itu banyak sekali kegunaannya. Misalnya : untuk pekerjaan dapur seperti memotong daging, mengiris bawang dan sebagainya. Tetapi kalau yang memegangnya orang yang abnormal, gila, sedang marah dan emosi, wah bisa berabe sebaiknya jangan dekat-dekat dengan mereka.

Jadi, dari uraian diatas sudah dapat disimpulkan, bukan media atau alat itu yang kita nilai baik atau buruk, tapi mereka yang mengendalikan alat itu lah yang berperan apakah akan menjadi baik atau buruk. Semua hasil budaya manusia apakah akan bermanfaat baik ataukah buruk tergantung dari manusia yang memanfaatkannya. Kalau dicontohkan, sudah banyak contoh yang terjadi semenjak zaman dahulu kala (masa prasejarah ; masa bertanam dan berburu) saat pertama kali meanusia mengenal alat sebagai benda untuk membantu mempermudah hidupnya.

Segala hasil budaya yang ada disekeliling kita jika dipergunakan dengan baik, maka akan berguna. Tapi kalau disalahgunakan akan berakibat buruk. Ketika Albert Einstein menemukan atom, mungkin tak pernah ia bayangkan hasil temuannya itu akan digunakan meluluhlantakkan kota Hirosima dan Nagasaki. Beliau sangat sedih dan marah dengan kejadian itu.

Demikian halnya dengan listrik, nuklir, serta semua hasil budaya manusia lainnya, baik buruknya tergantung manusia penggunanya yang memutuskan, ditujukan untuk kebaikan (bermanfaat) atau keburukan (tidak bermanfaat).

Komik facebook apa bedanya dengan televis, HP, Komputer dan sebagainya hanyalah alat atau media. Baik buruknya ya tergantung si manusia yang menggunakan dan memanfatkan. Pesan informasi pada komik ini dibuat oleh manusia. Sekarang tergantung niat dan maksud sipembuat pesan.

Komik yang disebut-sebut tidak baik itu kalau mengandung pesan yang baik dan berguna apa tetap disebut tidak baik? Umpama saja komik tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Tentang para pahlawan kita dan sebagainya. Tentu kita tidak bisa katakan tidak baik bukan?

Demikian halnya dengan media lain seperti televise, Vidio, surat kabar, Komputer dan berbagai jenis dan bentuk media lainnya. Semuanya hanyalah alat, alat untuk menyampaikan pesan dan informasi. Jadi, bukan alatnya yang baik atau buruk akan tetapi tergantung pesan dan informasi yang terkandung dalam pesan itu.

Aku tahu maksud Guru, Orang tua dan tokoh masyarakat itu. Mereka bermaksud baik. Mereka khawatir jika kita terlalu berlebih-lebihan berkomik ria atau ber facebook, berakibat lupa terhadap tugas-tugas lainya. Para pelajar yang asik membaca komik akan lupa belajar. Demikian juga dengan media lainnya yang membuat kecanduan akan banyak menyita waktu sehingga waktu untuk tugas-tugas lain akan berkurang dan tidak mencukupi.

Para guru dan orang tua kita mengharapkan agar kita pandai-pandai mengatur waktu sehingga kita tidak ketinggalan dalam menuntut ilmu untuk bekal kelak dikemudian hari. Mari kita dengan arif menerima teguran para beliau demi untuk kebaikan kita kelak dikemudian hari.